Kecanduan Game Online, Anak Sering Kali Tidak Dapat Memilah Antara Game yang Bermanfaat dan yang Tidak.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kecanduan game online tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa saja. Game online juga merambah ke anak-anak di bawah umur. Hal ini akan berdampak pada mereka baik itu secara fisik maupun psikologinya.
Untuk menghindari dampak negatif bermain game online, pemerintah segera merampungkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang perlindungan anak dari game online demi merespons maraknya tindak kriminalitas seperti kekerasan, pornografi, pelecehan seksual, dan perundungan yang dilakukan anak-anak akibat pengaruh game online.
Ketua Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Himpsi Kaltim, Ayunda Ramadhani mengatakan, anak-anak sering kali tidak dapat memilah antara game yang bermanfaat dan yang tidak. Hal ini dikarenakan secara kognitif, anak-anak cenderung mencari kesenangan tanpa menyadari dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh game tersebut, terutama game dengan genre kekerasan.
“Jadi ketika game itu membuat dia senang walau itu genrenya kekerasan, dia tidak tahu bahwa itu berdampak negatif terhadap dirinya,” kata Ayunda.
Ayunda menuturkan, tugas orang tua sangat penting dalam hal ini. Menurutnya, orang tua perlu menemukan keseimbangan antara memberi kebebasan dan menetapkan batasan yang wajar untuk penggunaan game online.
“Jadi kuncinya adalah pembatasan dan pengawasan. Walau pembatasan itu enggak bisa ekstrem ya. Misal sama sekali enggak dikasih, ya enggak,” ujarnya.
Dia menjelaskan, dampak negatif kecanduan game online pada anak-anak bervariasi. Misalnya pada anak usia dini yang kemampuan bicaranya belum berkembang, anak tersebut bisa speech delay, keterlambatan kemampuan anak dalam menyampaikan sesuatu atau berbicara.
Selain itu, kecanduan game online juga dapat mempengaruhi postur fisik anak-anak, membuat mereka cenderung bungkuk, mengganggu jam tidur, dan meningkatkan kecenderungan untuk mudah marah.
“Ketika itu sudah terlalu berlebihan. Itu memang bisa memberikan pengaruh yang tentu saja negatif,” tambahnya.
Ia menyarankan agar anak-anak yang memiliki kecenderungan untuk bermain game lebih baik diarahkan ke aktivitas yang lebih terstruktur dan bermanfaat, seperti esport.
“Alih-alih tidak diawasi lebih baik diarahkan misalnya untuk dia memang menekuni esport gitu ya memang game esport itu yang dapat mengasah keterampilan berpikir dengan wadah yang benar,” tuturnya.
Tidak semua dampak dari bermain game adalah negatif. Ayunda mengakui, ada beberapa game yang dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan strategi dan problem solving.
“Bedakan kalau anak-anak yang memang dia punya bakatnya game, dia akan mengembangkan perilaku yang justru positif karena memang tidak dipungkiri ada game-game yang memang mengembangkan mengasah keterampilan strategi,” sebutnya.
Namun demikian, Ayunda tetap menegaskan pentingnya pengawasan orang tua dalam proses ini. Orang tua harus aktif terlibat dalam menentukan game yang dimainkan anak-anak dan memastikan bahwa game tersebut memiliki nilai positif.
“Game dengan misi tertentu, misalnya, dapat membantu anak belajar mengatur strategi dan menyelesaikan masalah,” tutupnya. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id