Meski angka pengangguran Kota Bontang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengangguran di Bontang masih menjadi yang tertinggi se-Kaltim.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Ketersediaan lapangan kerja masih menjadi tantangan besar. Program pemerintah menggenjot infrastruktur yang membuka lapangan kerja padat karya belum sepenuhnya menyerap penduduk. Bahkan, kehadiran perusahaan industri besar di Bontang dinilai belum mampu memberi peluang kerja yang optimal bagi masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Bontang per Agustus 2023 mencapai 7,74 persen dari total angkatan kerja. Angka tersebut menurun 0,07 persen jika dibandingkan Agustus 2022.
Secara nominal, jumlah pengangguran terbuka per Agustus 2023 tercatat mencapai 7.348 orang, dari jumlah angkatan kerja sebanyak 94.923 orang. Turun sekitar 394 orang dibandingkan Agustus 2022.
Penurunan pengangguran ini cukup menggembirakan karena menjadi indikator pulihnya perekonomian setelah didera pandemi Covid-19. Namun, jika dilihat lebih rinci dari data yang ada, angka pengangguran di Bontang masih menjadi paling tinggi di Kalimantan Timur. Lebih tinggi daripada kabupaten dan kota lain.
Diketahui TPT Kota Balikpapan sebesar 6,09 persen, Kota Samarinda sebesar 5,92 persen, Mahakam Ulu 2,09 persen, Penajam Paser Utara 2,07 persen, Berau 4,95 persen, Kutai Timur 5,93 persen, Kutai Kartanegara sebesar 4,05 persen, Kutai Barat 6,16 persen, dan Paser 4,72 persen.
Upaya Pemkot Tekan Angka Pengangguran di Bontang
Upaya menekan angka pengangguran di Kota Bontang, masih terus dilakukan oleh pemerintah. Salah satu strateginya ialah dengan mengadakan pelatihan produktivitas, maupun pelatihan kompetensi lainnya yang biasa digelar oleh Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker).
Siti Mutoharoh, Pengantar Ahli Muda Dinas Ketenagakerjaan Kota Bontang mengatakan, jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) saat ini masih terbilang cukup tinggi. “Kebanyakan warga Bontang bekerja di perusahaan yang formal. Hanya 35,08 persen saja yang membangun usaha sendiri atau bisa kita sebut sektor informal,” ujar Siti, kepada Akurasi.id, belum lama ini.
Selain itu, Siti juga menjelaskan terbatasnya lapangan pekerjaan di Bontang, merupakan salah satu penyebab tingginya angka pengangguran. “Rata-rata syarat lowongan pekerjaan yang diminta itu terbilang cukup tinggi, sedangkan anak muda sekarang itu belum memiliki pengalaman yang cukup. Sehingga membuat mereka takut untuk melamar pekerjaan tersebut,” ungkapnya.
Sementara, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Winardi bilang, seyogyanya generasi muda harus lebih percaya diri dan lebih yakin untuk memulai wirausaha, guna menciptakan peluang usaha.
“Membuka usaha termasuk salah satu cara mengurangi angka pengangguran di Bontang, kunci utamanya adalah percaya diri,” ucap Winardi.
Selain membuka usaha, lanjut Winardi, untuk menambah ilmu dan pengetahuan juga bisa mengikuti berbagai macam pelatihan yang disediakan oleh Disnaker. “Selain menambah keterampilan, mengikuti pelatihan juga bisa mengubah gaya hidup kita, relasi pun menjadi luas,” ujarnya. (*)
Penulis: Ghiyats Azatil Ismah
Editor: Fajri Sunaryo