Jumat , April 26 2024

Fenomena Sungai Mahakam Meluap, Waspada Air Pasang Dampak La Nina

Loading

Fenomena Sungai Mahakam meluap, Samarinda waspada air pasang dampak La Nina.
Fenomena Sungai Mahakam meluap, Samarinda waspada air pasang dampak La Nina. (Ilustrasi)

Fenomena Sungai Mahakam meluap, Samarinda waspada air pasang dampak La Nina. Kondisi air pasang terjadi lantaran dipengaruhi oleh fase bulan baru atau bulan purnama bersama air dari laut yang cukup tinggi.

Akurasi.id, Samarinda – Dalam beberapa hari terakhir Samarinda mengalami fenomena air pasang atau air rob. Kondisi ini menyebabkan beberapa sungai termasuk Sungai Mahakam meluap dan menggenangi beberapa ruas jalan hingga perumahan warga.

Menyebabkan sedikitnya 10 jalan terdampak genangan air yang disebabkan air pasang, merujuk data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda. Di antaranya Jalan Untung Suropati, Sengkotek, Pelabuhan Lama Palaran, Jalan Gotong Royong sisi pesisir sungai, Sungai Kapih, Jalan Tarmidi, Jalan Muso Salim, Jalan Ahmad Dahlan, Jalan Lambung Mangkurat, dan kawasan Teluk Lerong.

Biasanya kondisi ini menerjang beberapa ruas jalan tersebut saat petang hingga puncaknya pada pukul 23.00 Wita. Dengan kedalaman air  diperkirakan mencapai 20 – 50 sentimeter, kemudian akan berangsur surut dengan sendirinya.

Jasa SMK3 dan ISO

Menurut prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Samarinda, Wiwi Indrasari Azis, kondisi air pasang terjadi lantaran dipengaruhi oleh fase bulan baru atau bulan purnama bersama air dari laut yang cukup tinggi.

Sebelumnya BMKG nasional juga telah memperingatkan akan terjadinya badai La Nina yang berpotensi bencana alam. Kondisi ini juga merupakan buntut dari tingginya curah hujan mencapai 20 – 70 persen di atas kondisi normal.

“Kondisi ini bisa terjadi bila terjadi hujan yang cukup signifikan di daerah hulu sungai. Untuk itu kami ingatkan masyarakat untuk selalu waspada selama beberapa hari ke depan,” kata dia, Jumat (10/12/2021).

Sementara itu, Kepala BPBD Samarinda Suwarso memastikan, pihaknya akan selalu siaga dan melalukan koordinasi dengan BMKG terkait perkiraan cuaca. Selain itu, melakukan pemantauan Tinggi Muka Air (TMA) di Bendungan Lempake.

Baca Juga  6 Anggota PWI Bontang Wakili Kaltim Ikuti Pra Powarnas di Kalsel

“Kami pastinya juga melakukan pemantauan berkala di setiap titik genangan. Karena memungkinkan bisa bertambah tinggi. Biasanya genangan tinggi terjadi sekitar 3-4 jam. Termasuk hujan deras disertai angin kencang,” jelasnya.

Untuk itu, Suwarso mengimbau, tidak hanya air rob atau banjir yang perlu diwaspadai, namun juga ancaman tanah longsor yang kerap terjadi diiringi angin kencang. Terutama bagi warga yang tinggal di kawasan perbukitan.

“Kami juga telah memasang beberapa pelang. Agar tidak membangun atau sekedar berteduh di wilayah rawan longsor,” imbaunya. (*)

Penulis: Devi Nila Sari
Editor: Redaksi

 

cek juga!

Cegah Banjir Sangatta, Pemkab Kutim Bangun 4 Drainase

Cegah Banjir Sangatta, Pemkab Kutim Bangun 4 Drainase

Pemkab Kutim bangun 4 drainase di Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan. Pembangunan drainase itu …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page