Melalui MTQN XXX, diharapkan semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap pelestarian Anggrek Hitam.
Kaltim.akurasi.id Samarinda – Dalam perhelatan akbar Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQN) XXX di Kalimantan Timur, bukan hanya lantunan ayat suci yang memukau, tetapi juga kekayaan alam daerah ini turut menjadi sorotan.
Salah satu yang menarik perhatian adalah Anggah dan Anggi, yang merupakan representasi Anggrek Hitam (Coelogyne Pandurata L), flora endemik yang terpilih menjadi maskot ajang bergengsi ini.
Sri Wahyuni, Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim sekaligus Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kalimantan Timur, mengungkapkan alasan di balik pemilihan Anggrek Hitam sebagai maskot.
“Anggrek Hitam adalah representasi keindahan dan keunikan alam Kalimantan Timur. Kami ingin memperkenalkan kekayaan flora endemik ini kepada seluruh peserta dan pengunjung MTQN,” ujarnya di Samarinda, baru-baru ini.
Anggrek Hitam, dengan warna hijaunya yang kontras dengan lidah bunga berwarna hitam, memang memikat pandangan. Tumbuhan ini hanya dapat ditemukan di daerah Kersik Luai, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Kelangkaan dan keindahannya menjadikan Anggrek Hitam sebagai salah satu ikon flora Indonesia.
Di balik keindahan fisiknya, Anggrek Hitam menyimpan makna filosofis yang mendalam. Sri Wahyuni menjelaskan, Anggrek Hitam adalah simbol keindahan dan keanggunan yang diciptakan Allah.
Selain itu, Anggrek Hitam juga memiliki nilai manfaat bagi manusia. Masyarakat setempat telah lama memanfaatkan Anggrek Hitam sebagai obat tradisional.
Namun, pemanfaatan yang berlebihan dan kerusakan habitat telah mengancam keberadaan spesies langka ini.
Pemilihan Anggrek Hitam sebagai maskot MTQN XXX mengandung pesan moral yang kuat. “Anggrek Hitam mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan merawat ciptaan Allah,” tegas Sri Wahyuni.
Al-Qur’an sendiri telah memberikan banyak ayat yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Surat Al-A’raf ayat 56 misalnya, dengan tegas melarang manusia merusak alam.
Meskipun telah ditetapkan sebagai spesies yang dilindungi dan masuk dalam daftar CITES Appendix I dan II, ancaman terhadap keberadaan Anggrek Hitam masih terus berlanjut. Kerusakan hutan akibat alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab utama penurunan populasi Anggrek Hitam.
Melalui MTQN XXX, diharapkan semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap pelestarian Anggrek Hitam.
“Kami berharap ajang ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati,” ujar Sri Wahyuni. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id