Didbudpar PPU terus berupaya untuk dorong pengembangan seni dan budaya di daerah itu. Minimnya pendanaan, tidak menyurutkan instansi ini untuk terus berinovasi untuk menghidupkan seni dan budaya di daerah itu.
Kaltim.akurasi.id, Penajam – Para pelaku seni dan budaya di Kalimantan Timur (Kaltim), terus berjuang mempertahankan warisan budaya meskipun kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Para seniman dan budayawan ini sering kali harus menghadapi berbagai tantangan.
Di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) juga pelaku seni budaya masih kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kendati demikian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) PPU akan terus berjuang guna hak-hak para seniman terpenuhi.
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kabupaten PPU, Christian Nur menjelaskan, pihaknya sebenarnya telah berusaha menyampaikan kebutuhan para pelaku seni budaya kepada pemerintah daerah. Namun, ia mengakui bahwa keterbatasan anggaran di APBD sering kali menjadi kendala utama.
“Sudah beberapa kali kami menyampaikan aspirasi ini, dan memang ada janji-janji. Tetapi tidak semuanya terealisasi karena keterbatasan anggaran dan kuota yang disebut pagu anggaran dalam APBD,” ujar Christian belum lama ini.
Sebab menurutnya, kebudayaan harusnya menjadi prioritas dalam pembangunan. Karena pembangunan tidak hanya mencakup aspek fisik tetapi juga non-fisik, yang mencakup kebudayaan.
“Kita sering mendengar bahwa Indonesia diakui sebagai negara yang kaya akan budaya, namun perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah, masih kurang terhadap sektor ini,” katanya.
Hambatan Pendanaan Tak Bikin Surut Disbudpar PPU Dorong Pengembangan Seni dan Budaya
Christian Nur menyebut, alokasi anggaran yang minim untuk kebudayaan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seharusnya menjadi perhatian khusus. Ia melihat bahwa kurangnya dana ini sering kali membuat para pelaku seni budaya merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah, terutama dalam hal pendanaan.
“Kami sebagai pemerintah daerah tetap berupaya memberikan ruang bagi pengembangan seni dan budaya di PPU,” jelasnya.
Kendati demikian, meski keterbatasan dana menjadi hambatan, beberapa upaya pengembangan budaya masih terus berjalan.
“Kami berusaha mendorong pelaku seni untuk terus mengembangkan kreativitas mereka melalui ruang-ruang aktualisasi, seperti Pekan Kebudayaan (PK) yang diadakan setiap akhir pekan. Beberapa anak muda juga berhasil meraih prestasi sebagai Duta Tari dan Duta Budaya di tingkat nasional,” ungkapnya.
Walaupun banyak kendala, Christian Nur menilai bahwa pelaku seni budaya di PPU masih bisa berprestasi dan berkontribusi dalam memperkuat identitas budaya daerah.
“Dengan segala keterbatasan, kami ingin menunjukkan bahwa kita masih bisa berprestasi, dan kebudayaan lokal tetap terjaga serta terus direvitalisasi. Hal ini membuktikan bahwa semangat para pelaku seni budaya di PPU tetap tinggi, walaupun di tengah keterbatasan anggaran,” tutupnya. (adv/diskominfoppu/zul)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id