Disdikbud Kota Bontang memberikan pelatihan dan pembaruan ilmu kepada guru yang tidak berlatar belakang inklusi agar mereka lebih siap menghadapi kebutuhan siswa disabilitas.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Kalimantan Timur (Kaltim) masih menghadapi tantangan besar dalam pemenuhan kebutuhan guru bagi siswa disabilitas. Tak terkecuali dengan Kota Bontang. Keterbatasan tenaga pendidik dengan latar belakang pendidikan inklusi menghambat kualitas pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang Bambang Cipto Mulyono, melalui Kepala Seksi (Kasi) Peserta Didik dan Kurikulum Pendidikan Dasar, Okto Arbianta Hutahaean menjelaskan jumlah guru berlatar belakang pendidikan inklusi di Bontang masih belum mencukupi kebutuhan.
“Kalau secara spesifik kaitan tenaga pendidik yang berlatar belakang inklusi memang masih kurang. Di dinas pendidikan, memang sudah ada pemetaan terhadap kebutuhan tenaga pendidik ini, tapi proses masuknya tenaga baru ke dalam kuota penerimaan pegawai masih berproses,” jelas Okto kepada wartawan Akurasi.id, belum lama ini.
Menurutnya, meskipun Bontang mengajukan kuota kebutuhan khusus untuk guru inklusi, tidak selalu semua kuota dapat terpenuhi dalam penerimaan pegawai. Oleh karena itu, Disdikbud Bontang mengupayakan langkah alternatif dengan menjalin kerja sama bersama Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Kami sudah menandatangani MOU dengan UGM. Langkah ini kami ambil karena jika hanya mengandalkan penerimaan PNS berlatar belakang inklusi, prosesnya akan lama, dan kuota pun tidak selalu sesuai kebutuhan,” tambahnya.
Sebagai solusi jangka pendek, Disdikbud Kota Bontang memberikan pelatihan dan pembaruan ilmu kepada guru yang tidak berlatar belakang inklusi agar mereka lebih siap menghadapi kebutuhan siswa disabilitas. Program bimbingan teknis disusun khusus agar guru-guru bisa memahami lebih dalam mengenai berbagai pola penanganan yang dibutuhkan untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus.
“Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap para guru lebih siap dan paham bahwa penanganan anak inklusi bukan hanya dengan model pendidikan yang satu arah. Ada pola-pola penanganan khusus yang memang harus diterapkan pada anak-anak inklusi,” tegas Okto.
Dia berharap, kerja sama dengan UGM dan pelatihan yang berkesinambungan diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan inklusi di Kota Bontang.
“Hingga nantinya kebutuhan tenaga pendidik berkualifikasi inklusi dapat terpenuhi secara bertahap,” tutupnya. (adv/disdikbudbontang/zul/uci)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi