Tujuan utama dari P5 yang dilaksanakan SDN 001 Bontang Selatan yakni membentuk karakter siswa yang tidak hanya menghargai dirinya sendiri, tetapi juga menghormati orang lain dan mencintai budaya Indonesia.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Sebagai wujud pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), SDN 001 Bontang Selatan mengadopsi pendekatan berbasis fase yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter siswa.
Kepala SDN 001 Bontang Selatan, Novita Susyati, mengungkapkan bahwa program ini bertujuan membangun karakter siswa melalui tema-tema relevan yang dikembangkan secara bertahap sesuai tingkat kelas.
“Siswa diajak untuk memahami dan mengapresiasi perbedaan serta kearifan lokal, sekaligus mengembangkan karakter positif sesuai nilai-nilai Pancasila,” kata Novita kepada wartawan Akurasi.id, Jumat (15/11/2024).
Novita menjelaskan, meskipun tema besar seperti Bhinneka Tunggal Ika diangkat pada kelas fase A (kelas 1 dan 2), elemen yang ditekankan dalam penguatan karakter berbeda-beda.
“Pada kelas 1, fokusnya adalah membangun rasa bangga dan berbahagia menjadi diri sendiri. Anak-anak diajak untuk bersyukur atas kelebihan masing-masing sehingga tumbuh rasa percaya diri,” jelasnya.
Kemudian fase B (kelas 3 dan 4), tema yang diangkat lebih berfokus pada menghargai perbedaan di sekitar. Program ini mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan budaya, bahasa, dan kebiasaan agar tidak terjadi bullying. Kita ingin membentuk karakter yang menghargai keberagaman.
“Di kelas ini, siswa berasal dari berbagai latar belakang suku, seperti Bugis, Banjar, Jawa, hingga Indonesia bagian Timur,” tutur Novita.
Sementara itu, pada fase C (kelas 5 dan 6), tema yang diangkat lebih spesifik pada kearifan lokal, terutama dalam hal makanan tradisional. Untuk kelas 5, siswa mempelajari makanan khas berbagai daerah di Indonesia beserta filosofi di baliknya.
“Contohnya, ketika siswa belajar tentang tumpeng, mereka memahami bahwa makanan ini tidak sekadar hidangan, tetapi juga memiliki pesan budaya tertentu. Dengan ini, kami berharap siswa tumbuh kecintaan terhadap budaya dan kuliner khas Indonesia,” ungkap Novita.
Novita menyebut, pada kelas 6, fokusnya adalah kreativitas dalam mengolah bahan makanan lokal seperti tahu. Melalui diskusi, ditemukan bahwa banyak siswa kurang menyukai tahu. Oleh karena itu, guru mengarahkan mereka untuk mengolah tahu menjadi beragam kreasi makanan yang lezat dan bergizi.
“Ini menjadi ajang bagi siswa untuk belajar kolaborasi dan kreativitas, serta mengenal potensi bahan makanan lokal yang kaya manfaat,” tambahnya.
Menurut Novita, tujuan utama dari P5 adalah membentuk karakter siswa yang tidak hanya menghargai dirinya sendiri, tetapi juga menghormati orang lain dan mencintai budaya Indonesia. Dengan pendekatan yang beragam di setiap fase, siswa tidak hanya belajar secara teoritis, tetapi juga melalui eksplorasi praktis yang menyenangkan.
“Kami adalah sekolah adiwiyata yang ramah anak. Semua program dirancang agar siswa tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan P5, kami berharap anak-anak lebih terbuka, kreatif, dan bangga menjadi bagian dari keberagaman Indonesia,” pungkas. (adv/disdikbudbontang/zul/uci)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi