Kerjasama SMPN 2 Bontang dengan SLB untuk mengembangkan program magang bagi guru-guru yang ingin memperdalam keterampilan mereka dalam menangani siswa berkebutuhan khusus.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – SMPN 2 Bontang menegaskan komitmennya dalam memberikan pendidikan berkualitas bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Yakni dengan menjalin kerjasama strategis bersama Sekolah Luar Biasa (SLB) setempat.
Program inklusi yang telah berjalan selama satu semester ini memberikan akses pendidikan setara bagi 23 siswa berkebutuhan khusus di sekolah tersebut.
Kepala SMPN 2 Bontang Siti Chusuning Khayah menjelaskan, kerjasama dengan SLB ini mencakup berbagai bidang. Termasuk pertukaran guru, pengembangan kurikulum yang ramah terhadap siswa ABK, serta pengembangan alat bantu pendidikan.
“Kami ingin memastikan siswa ABK tidak hanya mengikuti pelajaran, tetapi benar-benar belajar sesuai dengan kebutuhan mereka,” ujar Nuning -sapaan akrabnya- kepada media ini, Senin (17/9/2024).
Selain itu, program ini juga melibatkan pertukaran pengetahuan dan pengalaman antarpendidik untuk memperkuat kompetensi dalam mendampingi siswa berkebutuhan khusus. Melalui kolaborasi ini, tenaga pendidik SMPN 2 diharapkan dapat menerapkan teknik-teknik pembelajaran yang lebih inklusif. Serta memperkaya pemahaman mereka tentang bagaimana memenuhi kebutuhan siswa ABK secara lebih efektif.
Tidak hanya itu, lingkup kerjasama ini juga mencakup kegiatan bersama antara siswa SMPN 2 dan siswa SLB untuk membangun empati dan solidaritas.
“Kami ingin mendorong interaksi yang sehat antara siswa berkebutuhan khusus dan siswa regular. Sehingga tercipta lingkungan yang lebih inklusif dan saling menghargai,” ucapnya.
Dalam program inklusi ini, sekolah juga membentuk tim khusus yang terdiri dari sembilan orang guru yang telah menjalani pelatihan khusus untuk mendampingi siswa ABK. Tim ini berperan penting dalam memberikan pendampingan intensif, menjawab pertanyaan dari para guru dan orang tua, serta memastikan kebutuhan siswa ABK terpenuhi dalam proses pembelajaran.
Kerjasama dengan SLB juga memungkinkan SMPN 2 untuk mengembangkan program magang bagi guru-guru yang ingin memperdalam keterampilan mereka dalam menangani siswa berkebutuhan khusus.
“Ini langkah penting untuk memastikan para guru kami memiliki kemampuan yang memadai untuk mengajar dengan metode yang lebih inklusif,” jelasnya.
Selain aspek akademis, program inklusi ini juga menekankan pengembangan keterampilan sosial dan emosional bagi siswa ABK. Mereka diajarkan untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Sehingga dapat membangun kepercayaan diri dan merasakan lingkungan sekolah yang ramah.
Bu Nuning menambahkan kerja sama ini tidak hanya berdampak pada siswa ABK, tetapi juga memperkaya pengalaman belajar bagi seluruh siswa SMPN 2 Bontang.
“Siswa kami diajak untuk lebih peka terhadap perbedaan dan belajar tentang pentingnya kesetaraan serta kerja sama dalam keberagaman,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, program ini telah memberikan dampak positif. Dimana siswa reguler mulai menunjukkan sikap saling mendukung terhadap teman-temannya yang berkebutuhan khusus. Hal ini dianggap sebagai langkah maju dalam membentuk budaya sekolah yang inklusif dan peduli.
Sementara itu, Sekretaris Disdikbud Bontang Saparuddin menegaskan pentingnya model pendidikan inklusi yang diterapkan di SMPN 2 Bontang. Menurutnya, kerjasama dengan SLB ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif.
“Kami mendukung penuh upaya sekolah dalam memberikan pendidikan yang setara bagi semua siswa,” ujarnya.
Saparuddin juga menyatakan bahwa suksesnya program ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Bontang.
“Kami berharap lebih banyak sekolah yang mengikuti langkah ini untuk memastikan bahwa semua anak, tanpa terkecuali, mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan,” tambahnya.
Dengan adanya program ini, pihaknya berharap SMPN 2 Bontang dapat menjadi roll model bagi sekolah-sekolah lain di kota tersebut dalam mengembangkan program pendidikan inklusif.
“Kami ingin mendorong kesadaran bahwa pendidikan inklusi adalah tanggung jawab bersama, dan semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang setara,” pungkasnya.
Pendidikan inklusi di SMP N 2 Bontang tidak hanya membangun keterampilan akademis, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan kesetaraan dalam dunia pendidikan. (adv/disdikbudbontang/rae/uci)
Pewarta: Rae
Editor: Suci Surya Dewi