Tolak jadi senator, Najirah: Saya tak bisa tinggalkan masyarakat Bontang. Gejolak di meja politik Kota Bontang yang sempat menyeruak itu akhirnya terjawab. Wawali Najirah akhirnya mengambil sikap.
Akurasi.id, Bontang – Desas-desus isu Najirah yang akan melenggang ke kursi DPD RI sempat menghangat beberapa pekan lalu. Wakil Wali Kota Bontang itu, memang berpeluang menanggalkan kursi Wawali, jika memilih PAW DPD RI mendiang Muhammad Idris.
Gejolak di meja politik Kota Bontang yang sempat menyeruak itu akhirnya terjawab. Wawali Najirah akhirnya mengambil sikap. Najirah tolak jadi senator dan menegaskan dirinya masih akan tetap mengabdi pada masyarakat Bontang. Hal itu sebagai bentuk pengabdian terakhir mendiang suaminya, Adi Dharma.
“Saya akan tetap mengabdi sebagai Wakil Wali Kota untuk melanjutkan amanah (almarhum) suami saya,” ucapnya, saat dihubungi Akurasi.id, Rabu (18/08/2021).
Kata Najirah, sedari awal dirinya tak memiliki niatan untuk menerima tawaran mengisi kursi kosong di DPD RI. Meski, sempat ada dorongan dari orang-orang terdekatnya. Ia kukuh menunaikan tanggung jawab hingga akhir jabatan.
Dia bercerita, sejak awal sudah dihubungi staf ahli La Nyala Mahmud Matalitti, ketua DPD RI, tentang sikap politiknya. Najirah tak langsung memberi tanggapan. Terlebih dahulu ia membangun komunikasi dengan anaknya, Ferza Agustia. Kendati demikian, anaknya itu menyerahkan keputusan seutuhnya pada Najirah.
Menurutnya, tawaran mengisi kursi kosong DPD RI memang menggiurkan. Namun bukan itu yang menjadi tujuannya. Pengabdian pada masyarakat menjadi tanggung jawab yang harus diselesaikan. Visi dan misi yang sudah disusunnya bersama Wali Kota Bontang Basri Rase, harus dirampungkan.
“Sejak awal saya dihubungi staf La Nyala Matalitti, tidak pernah terbersit dalam benak saya untuk melenggang ke DPD. Masa saya sudah dipilih oleh masyarakat Bontang, malah saya tinggalkan. Itu kan lari dari tanggung jawab namanya,” ujar Najirah.
Keputusannya tersebut adalah mutlak. Bahkan, dia mengaku sudah membangun komunikasi dengan H Nanang Sulaiman calon anggota DPD RI dalam Pileg 2019 lalu.
“Saya sudah komunikasi dengan H Nanang. Kebetulan kan dia sahabat almarhum suami saya. Sejak awal, saya meminta dia untuk mempersiapkan diri mengisi kursi DPD,” katanya.
Bukan hanya itu, kebiasaan Najirah yang hampir setiap hari mendatangi makam mendiang suaminya Adi Darma, juga menjadi pertimbangan tersendiri. Katanya, jika ia memilih DPD, pasti harus meninggalkan keluarga di Bontang.
“Ada banyak pertimbangan sebenarnya, salah satunya saya tidak bisa meninggalkan keluarga dan masyarakat Bontang,” tegasnya.
Dia bilang, saat isu ini menyeruak, banyak warga Bontang yang langsung menghubunginya. Mereka semua berharap agar Najirah tak meninggalkan kursi Wakil Wali Kota. Bahkan, ada seorang warga yang menangis, seolah tak rela apabila Najirah melenggang ke Senayan.
Ditanya mengenai apakah keputusan itu terbentur regulasi PKPU nomor 6/2017, Najirah menjelaskan bahwa dia tak menilik terlalu jauh ke aturan yang ada. Sebab, sedari awal dia memang tak berniat meninggalkan posisi Wakil Wali Kota.
“Saya tidak terlalu mempertanyakan regulasi yang ada. Karena memang tidak ada niat untuk ke sana (DPD),” terangnya. (*)
Penulis : Fajri Sunaryo
Editor: Rachman Wahid