Guru BK Memiliki Peran Penting dalam Memetakan Latar Belakang Siswa Guna Memberikan Layanan yang Tepat Sesuai Karakteristik Anak.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Di tengah gempuran era digital dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi generasi muda, peran guru bimbingan dan konseling (BK) semakin krusial. Tak hanya sebatas memberikan layanan konseling, guru BK kini dituntut menjadi garda terdepan dalam memetakan potensi, karakter, dan latar belakang setiap siswa.
“Tugas utama guru BK adalah memetakan setiap anak. Kita harus tahu minat, bakat, latar belakang ekonomi, dan lain sebagainya,” ujar Armin, Kepala Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Timur ketika diwawancarai di Samarinda, Selasa (16/7/2024).
Pemetaan menyeluruh ini, menurut Armin, menjadi kunci dalam memberikan layanan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik unik setiap siswa. Dengan memahami karakter masing-masing anak, maka guru bisa terhindar dari perlakuan yang tidak adil atau tidak sesuai.
Sebab, kata dia, selama ini guru BK kerap dipandang sebelah mata dan dianggap tidak memiliki peran penting di sekolah. Apalagi dengan kurangnya dukungan infrastruktur dan ruang gerak bagi Guru BK dalam menjalankan tugasnya.
“Banyak guru BK yang mengeluhkan keterbatasan ruang dan fasilitas. Ditambah lagi, mereka jarang mendapatkan penyegaran dan peningkatan kompetensi,” ungkapnya.
Kaltim Kekurangan Guru BK
Di sisi lain, kondisi ini diperparah dengan kurangnya guru BK di Kaltim. Idealnya, satu guru BK bertanggung jawab atas maksimal 150 siswa. Namun, kenyataannya, mereka harus menangani ratusan siswa, sehingga fokusnya terpecah dan layanan yang diberikan tidak maksimal.
“Akibatnya, hanya siswa yang bermasalah yang mendapatkan perhatian. Padahal, semua anak membutuhkan layanan bimbingan dan konseling,” tegas Armin.
Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, Disdikbud Kaltim mengambil langkah strategis dengan menggelar pelatihan dan penyegaran bagi guru BK di jenjang SMK dan SMA. Armin berharap, melalui pelatihan ini, guru BK dapat meningkatkan kompetensi dan memberikan layanan yang lebih optimal bagi para siswa.
“Kita juga mendorong agar setiap guru dibekali dengan ilmu konseling. Sehingga, dalam mengajar, mereka tidak hanya fokus pada materi pelajaran, tetapi juga memahami karakter dan kebutuhan individual setiap siswa,” imbuhnya.
Di era digital ini, guru BK juga dihadapkan pada tantangan baru, yaitu pengaruh media sosial dan internet terhadap perilaku dan mental para siswa. Armin menekankan pentingnya peran dalam memberikan edukasi dan pendampingan kepada siswa terkait penggunaan media yang bijak dan bertanggung jawab.
“Kenakalan remaja dan dampak negatif media sosial menjadi salah satu fokus utama Guru BK. Kita harus membantu siswa agar terhindar dari konten negatif dan menggunakan media dengan tepat,” tutupnya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari