Ratusan nelayan Muara Badak kembali menggelar aksi demo menuntut hasil uji laboratorium kematian massal kerang dara yang tak kunjung diumumkan. Mereka menduga ada upaya penundaan dan menuntut transparansi dari pemerintah.
Kaltim.akurasi.id, Kukar – Ratusan nelayan kerang dara yang tergabung dalam Aliansi Peduli Nelayan Kerang Dara Muara Badak kembali menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Kecamatan Muara Badak, Kamis (27/03/2025) pukul 10.00 WITA. Aksi ini dipicu oleh ketidakpastian hasil uji laboratorium yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara terkait kematian massal kerang dara yang mereka budidayakan.
Diketahui, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutai Kartanegara telah mengambil sampel pada 23 Februari 2025, tepat sebulan setelah masyarakat melaporkan kematian massal kerang dara pada akhir Desember 2024. Dugaan sementara, insiden ini disebabkan oleh limbah buangan PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS).
Humas Aliansi Nelayan Kerang Dara, Muhammad Yusuf, mengungkapkan bahwa selama hampir empat bulan terakhir, para nelayan kehilangan sumber penghidupan akibat kematian kerang dara.
“Berbagai upaya telah kami tempuh, mulai dari mediasi yang berlarut-larut, aksi demonstrasi, hingga menyampaikan tuntutan secara resmi. Namun, kami selalu dihadapkan dengan alasan pembuktian yang bergantung pada hasil uji laboratorium Universitas Mulawarman,” ujarnya.
Yusuf juga menyesalkan keterlambatan hasil uji laboratorium yang seharusnya sudah keluar dua minggu lalu.
“Hasilnya seakan-akan ditutup-tutupi atau sengaja diperlambat pengumumannya. Ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan nelayan,” tambahnya.
Tuntutan Nelayan
Dalam aksi ini, nelayan menyampaikan beberapa tuntutan kepada pemerintah, khususnya Camat Muara Badak, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, serta pihak terkait.
Mereka mendesak ganti rugi atas kerugian akibat kematian massal kerang dara, revitalisasi kawasan sungai dan pesisir Muara Badak yang sudah tidak layak untuk budidaya, kepastian waktu pengumuman hasil uji laboratorium, Transparansi, keadilan, dan objektivitas dalam penyampaian informasi serta pengambilan keputusan terkait kasus ini, serta netralitas aparat kepolisian dan penghentian segala bentuk intimidasi terhadap nelayan terkait pemindahan dari Muara Badak.
Selain menuntut kejelasan hasil uji laboratorium, nelayan juga mengkhawatirkan kondisi ekonomi mereka yang semakin terpuruk.
“Saat ini, nelayan berada dalam kondisi sulit. Ini sudah akhir Maret, sebentar lagi Lebaran, tetapi mereka tidak memiliki pendapatan,” pungkas Yusuf. (*)
Penulis: Dwi Kurniawan Nugroho
Editor: Redaksi Akurasi.id