Indonesia kembali dilanda wabah penyakit mematikan. Rendahnya cakupan imunisasi menyebabkan KLB campak, difteri, dan polio merajalela di berbagai daerah. Termasuk Kaltim. Kondisi ini menjadi alarm bagi pemerintah dan masyarakat untuk segera mengambil tindakan serius dalam meningkatkan cakupan imunisasi.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Cakupan imunisasi yang rendah telah menjadi bumerang bagi Indonesia. Lebih dari 100 Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dilaporkan terjadi pada tahun 2024, menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam meningkatkan cakupan imunisasi belum optimal.
Kondisi ini mengancam keberhasilan program eliminasi penyakit menular di Indonesia. Padahal, imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif dan terjangkau untuk mencegah penyakit.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), dr Jaya Mualimin, mengatakan jika penyakit-penyakit yang dilaporkan tersebut masuk ke dalam kategori Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
“Dengan tingkat penularan yang tinggi serta dapat menimbulkan komplikasi bahkan kematian,” tuturnya di Samarinda, Selasa (1/10/2024).
Utamanya, KLB ini disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi rutin di berbagai daerah selama masa pandemi. Serta masih terdapat kantong-kantong imunisasi yang sudah muncul sejak sebelum masa pandemi Covid-19 tahun 2020-2022 akibat belum meratanya capaian imunisasi rutin.
Meskipun terjadi peningkatan capaian cakupan imunisasi secara nasional, namun belum merata di setiap levelnya sehingga masih memungkinkan untuk munculnya KLB di beberapa wilayah. Selain belum merata, layanan imunisasi bagi anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi rutin, juga tidak optimal dilaksanakan.
Sebenarnya, sudah dilakukan berbagai upaya untuk menanggulangi hal tersebut. Mulai dari pelaksanaan PIN POLIO, Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) namun capaiannya di beberapa daerah masih sangat rendah.
“Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak anak yang belum lengkap imunisasinya” sambungnya.
Sebab itu, sebagai upaya penanggulangan kejadian luar biasa PD3I khususnya campak maupun rubella, ia berharap seluruh dinas kesehatan kabupaten/kota mampu melakukan upaya penanggulangan KLB campak terutama dalam menentukan luas wilayah.
“Serta sasaran, perencanaan dan microplanning pelaksanaan ORI KLB Campak di wilayah kerja masing-masing,” ujarnya.
Sebagai informasi, laporan yang diterima oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada 2024 ini. Diketahui KLB tahun 2023, yaitu terdapat KLB Polio cVPDV1 dan 2 yang tersebar dari Aceh sampai Papua Tengah. Kemudian terdapat 101 KLB campak, 4 KLB rubela, dan 90 KLB difteri di 29 provinsi. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id