Daya beli dan kesejahteraan petani di Kaltim semakin meningkat. Hal itu berdasarkan kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada Desember 2024.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Indikator perbaikan daya beli dan kesejahteraan petani secara umum di Kalimantan Timur terus meningkat. Hal itu dibuktikan dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada Desember 2024, didorong oleh kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 2,35 persen, yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,41 persen.
“Tiga subsektor mengalami kenaikan NTP, yaitu hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan peternakan. Kenaikan ini menunjukkan hasil yang positif bagi petani di sektor-sektor tersebut,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur, Yusniar Juliana, di Samarinda, baru-baru ini.
Ia menjelaskan bahwa subsektor tanaman perkebunan rakyat mencatat kenaikan tertinggi sebesar 3,26 persen, diikuti oleh subsektor hortikultura sebesar 2,06 persen, dan peternakan sebesar 0,74 persen.
Namun, tidak semua subsektor pertanian menunjukkan tren positif. NTP subsektor tanaman pangan justru mengalami penurunan sebesar 0,81 persen, sementara subsektor perikanan menurun sebesar 0,39 persen. Menurut Yusniar, penurunan ini dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar dan biaya produksi yang lebih tinggi pada akhir tahun.
Tak hanya itu, BPS juga mencatat Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) yang mengalami kenaikan sebesar 2,36 persen, dari 147,32 pada November 2024 menjadi 150,80 pada Desember 2024. Kenaikan NTUP ini disebabkan oleh peningkatan keuntungan di subsektor hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan peternakan.
“Kenaikan NTUP di subsektor tanaman perkebunan rakyat mencapai 3,67 persen, tertinggi dibandingkan subsektor lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha rumah tangga di bidang ini semakin efisien,” terang Yusniar.
Ia menambahkan bahwa subsektor hortikultura mencatat kenaikan NTUP sebesar 2,60 persen dan peternakan sebesar 1,10 persen, sementara subsektor tanaman pangan dan perikanan masing-masing turun 0,35 persen dan 0,03 persen.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun sektor pertanian secara keseluruhan mengalami perkembangan positif, tantangan di beberapa subsektor seperti tanaman pangan dan perikanan tetap membutuhkan perhatian.
“Keseimbangan antara hasil panen, harga jual, dan biaya produksi perlu terus dijaga untuk meningkatkan kesejahteraan petani secara menyeluruh,” kata Yusniar.
Dengan NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat mencapai 208,28 dan hortikultura sebesar 111,24, kedua subsektor ini terus menjadi pilar utama penggerak perekonomian petani di Kalimantan Timur. Di sisi lain, subsektor tanaman pangan dan perikanan memerlukan strategi adaptasi untuk mengatasi penurunan yang terjadi. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id