Dinkes Kaltim minta masyarakat tidak anggap remeh DBD. Mengingat, Kaltim termasuk provinsi dengan kasus tertinggi di Indonesia Timur. Dengan catatan kasus mencapai 3.152.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi momok di Tanah Benua Etam, sebutan lain Kaltim. Tidak hanya jumlah kasusnya yang terbilang tinggi. Namun, DBD termasuk penyakit berbahaya, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Untuk di Provinsi Kaltim, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat ada 3.125 kasus DBD per 25 Agustus 2023. Bahkan, diantaranya terdapat 15 orang meninggal dunia.
Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin mengatakan, Balikpapan sebagai daerah dengan kasus DBD paling tinggi di Kaltim. Di Balikpapan tercatat sudah ada 709 kasus dengan diantaranya tiga orang meninggal dunia.
Selanjutnya, di posisi kedua ada Samarinda dengan 538 kasus dengan dua orang meninggal. Tak beda jauh, di Kutai Kartanegara juga terdapat 501 orang positif DBD dimana terdapat satu orang meninggal dunia.
“Kemudian untuk kasus DBD di Kutai Timur terdeteksi 596 orang dengan tidak ada pasien meninggal ,” tuturnya, Senin (28/8/2023).
Lalu, untuk Bontang ada 258 kasus DBD dimana satu orang tidak berhasil diselamatkan. Beralih ke Berau, kabupaten dengan julukan Bumi Batiwakal tersebut tercatat 182 orang positif DBD dengan dua orang meninggal dunia.
Sedangkan untuk Kutai Barat terkonfirmasi sebanyak 155 orang positif DBD dengan satu orang meninggal dunia. Lanjut di Paser, dimana ada 126 orang terserang dan dua diantaranya meninggal.
Kemudian untuk Mahakam Ulu tercatat 116 kasus dan dua orang meninggal dunia. Dan yang terakhir ada Penajam Paser Utara dengan kasus sebanyak 69 orang dimana semua penderita bisa diselamatkan.
Dinkes Kaltim Imbau Masyarakat Tidak Meremehkan DBD
Adapun incident rate atau angka kejadian DBD di Kaltim adalah 83,2 per 100.000 penduduk dan case fatality rate atau angka kematian sebesar 0,48 persen,
Mengingat ada ribuan kasus DBD di Kaltim, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Kaltim Setyo Budi Basuki pun mengimbau kepada masyarakat. Agar tidak meremehkan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus ini.
“Karena apabila tidak tertangani dengan baik bisa menghilangkan nyawa seseorang,” terangnya.
Ia pun meminta kepada setiap orang tua, agar segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat apabila terjadi demam. Penanganan dini dilakukan agar apabila terdeteksi DBD maka tidak terlampau parah.
“Pada beberapa kasus, ada anak-anak yang meninggal dunia karena sudah terlanjur parah. Dan ternyata ada sel darah merah yang pecah,” tuturnya.
Terakhir, ia pun mengimbau, agar masyarakat melakukan pencegahan dan menjaga kebersihan. Terutama tempat-tempat yang bisa menjadi sarang berkembang biaknya nyamuk-nyamuk tersebut, seperti genangan air. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari