Pesut Mahakam dan Orang Basad adalah cerita rakyat Kalimantan Timur yang sangat terkenal karena memiliki alur menarik dan pesan moral mendalam.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Sama seperti provinsi lainnya, Kalimantan Timur juga memiliki ceita rakyat yang menjadi legenda. Cerita rakyat ini diceritakan secara turun temurun kepada anak dan cucu hingga melekat dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu cerita rakyat yang paling popoler adalah legenda Pesut Mahakam. Cerita ini begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari lantaran ikan pesut merupakan hewan yang benar-benar ada di Sungai Mahakam, bahkan termasuk satwa yang dilindungi.
Berikut beberapa cerita rakyat Kalimantan Timur yang memiliki alur menarik untuk disimak dan diikuti.
Legenda Pesut Mahakam
Cerita rakyat Kalimantan Timur Legenda Pesut Mahakam bermula saat seorang lelaki yang merupakan duda 2 anak menikahi seorang gadis cantik. Ternyata si ibu tiri ini tak suka dengan kehadiran anak-anak suaminya tersebut, sehingga sering berperilaku jahat terhadapnya.
Setiap kali sang suami pergi ke ladang, si ibu tiri akan meminta anak-anak tirinya mengerjakan semua pekerjaan rumah. Suatu saat anak-anak ini diminta mencari kayu bakar oleh ibu tirinya dan dipesan untuk tak pulang sebelum mendapat hasil.
Ternyata saat sang anak berada di hutan suami istri itu pindah rumah, sehingga ketika anak-anaknya pulang rumah dalam keadaan kosong. Mereka kemudian pergi mencari ayah dan ibu tirinya hingga di pinggiran Sungai Mahakam.
Di sana terlihat sebuah rumah dengan jemuran baju milik ayahnya, tanpa ragu anak-anak ini pun langsung masuk. Di dalam ternyata ada hidangan lezat di atas meja, karena lapar kedua anak ini pun langsung memakannya hingga tandas.
Namun, siapa sangka setelah selesai makan tubuh kedua anak ini terasa panas hingga mereka menceburkan diri ke sungai dan menjadi ikan. Masyarakat sekitar kemudian menamakan ikan yang bentuk kepalanya bulat seperti kepala anak kecil itu sebagai Pesut Mahakam.
Pesan Moral yang Terkandung
Cerita legenda asal usul Pesut Mahakam itu memiliki beberapa pesan moral yang sangat mendalam, yaitu:
- Sebaiknya tidak mudah percaya dengan orang baru daripada keluarga sendiri.
- Orang tua harus lebih banyak memperhatikan anak-anaknya.
- Seorang ayah yang menikah lagi sebaiknya tak langsung percaya begitu saja akan perkataan istri baru tentang anak-anak kandungnya.
Asal Usul Orang Basap
Cerita rakyat Kalimantan Timur Asal Usul Orang Basap dimulai saat seorang pangeran dari Cina ingin menantang kesaktian seekor ayam dari Kerajaan Kutai. Pangeran Kerajaan Cina itu ingin mengadu 15 ekor ayam miliknya dengan ayam sakti bernama Ujung Perak Kemudi Besi.
Jika nanti kalah, Pangeran Cina berjanji akan menyerahkan armada kapal laut miliknya kepada penguasa Kerajaan Kutai Kartanegara. Pihak Kerajaan Kutai menyetujuinya sehingga pertarungan pun digelar.
Setelah pertarungan usai, 15 ekor ayam milik Pangeran Cina kalah sehingga ia harus menyerahkan kapal miliknya sesuai perjanjian. Namun ternyata sang mengingkari janjinya dan memilih untuk pergi begitu saja bersama kapal dan anak buahnya.
Akibat perilakunya tersebut Raja Kutai Kartanegara marah lalu mengutuk sehingga kapal Sang Pangeran Cina terkena angin puting beliung. Kapan pun pecah terhantam ombak dan memuntahkan semua isinya ke lautan.
Namun nasib baik bagi sang pangeran, dia berhasil diselamatkan oleh warga Kampung Suku Dayak Punan. Lantas sebagai balas jasa terima kasih, sang pangeran kemudian menikahi gadis Suku Dayak Punan.
Dari pernikahan itulah kemudian lahir anak keturunan Cina dan Dayak Punan yang dikenal sebagai orang Basap.
Pesan Moral yang Terkandung
Beberapa pesan moral yang dapat diambil hikmah dari kisah di atas adalah:
- Jangan terlalu percaya akan kehebatan diri sendiri agar tak membuat sombong.
- Selalu tepati janji yang telah dibuat meskipun itu sangat berat, karena janji hakikatnya adalah hutang.
- Pada setiap musibah, pasti ada hikmah kebaikan di dalamnya.
Penutup
Itulah 2 cerita rakyat Kalimantan Timur yang sangat terkenal dan memiliki pesan moral di dalamnya. Semoga hikmah dari kedua cerita legenda tersebut dapat menginspirasi. (*)
Penulis/Editor: Devi Nila Sari