Potensi Rudy Mas’ud-Seno Aji Melawan Kotak Kosong Semakin Kuat
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Potensi kotak kosong di Pilkada Kaltim semakin menguat setelah bergabungnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di kubu pasangan Rudy Mas’ud-Seno Aji. Menjadikan peluang Isran Noor-Hadi Mulyadi semakin tipis untuk melenggang di kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim 2024.
Hingga kini, pasangan Isran – Hadi belum mendapatkan satupun dukungan resmi dari partai politik (Parpol). Berbeda dengan pasangan Rudy – Seno yang terbilang cukup sukses memikat dukungan dari parpol.
Diketahui, saat ini, pasangan Rudy Mas’ud-Seno Aji telah mengumpulkan 44 kursi dewan dari total 55 kursi di DPRD Kaltim. 44 kursi tersebut terdiri dari Partai Golkar 15 kursi, Gerindra 10 kursi, PAN 4 kursi, PKB 6 kursi, PKS 4 kursi, NasDem 3 kursi, dan PPP 2 kursi.
Sehingga dengan komposisi seperti ini, bukan tidak mungkin pasangan Rudy Mas’ud – Seno Aji hanya akan melawan kotak kosong di Pilgub Kaltim 2024 nanti.
Pengamat Politik Universitas Mulawarman (Unmul) Budiman Choisiah mengatakan, potensi kotak kosong pada pemilihan kepala daerah di Kaltim semakin mungkin terjadi.
Hal ini dikarenakan pergerakan yang intens dari pasangan Rudy Mas’ud – Seno Aji dalam mendekati partai politik (Parpol) dan berusaha mendapatkan rekomendasi dari Parpol.
“Sementara kita melihat pak Isran Noor dan Pak Hadi yang cenderung lambat. Maka apa yang terjadi saat ini, itu sebenarnya tidak mengagetkan saya,” kata Budiman, Sabtu (27/7/2024).
Menurut Budiman, faktor komunikasi dan hubungan dengan partai politik sangat berpengaruh dalam mendapatkan rekomendasi. Rudy Mas’ud – Seno Aji, misalnya, memiliki hubungan yang baik dengan pusat dan aktif dalam tim pemenangan Prabowo – Gibran di Pilpres lalu, membuat mereka lebih mungkin mendapatkan dukungan.
“Karena ini kan persoalan interaksi, persoalan komunikasi dan persoalan link dari humas. Apalagi kemarin Pak Rudy Mas’ud – Seno Aji ini kan sama-sama menjadi tim pemenangan prabowo – gibran di Kaltim,” tutur Budiman.
Terlebih, kecenderungan partai untuk berkoalisi bisa menjadi faktor penentu dalam pemilihan kepala daerah.
Lebih lanjut, Budiman berpendapat, potensi Isran Noor menggaet Partai Demokrat di kubunya akan semakin tipis ketika melihat ke belakang. Mengingat, Isran Noor juga pernah meninggalkan Demokrat.
“Kalau Demokrat menjadikan masa lalu sebagai dasar untuk menentukan dukungan maka potensi Demokrat untuk mendukung Rudy Mas’ud itu kan bisa tinggi,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Budiman, jika Isran Noor dan Hadi Mulyadi tidak segera mempercepat pergerakan politik mereka dan memperbaiki komunikasi dengan partai-partai besar, maka potensi kotak kosong pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Kaltim bisa terealisasi.
Budiman menekankan, dalam politik, kendaraan partai adalah elemen penting yang tidak bisa diabaikan. Banyak tokoh politik yang memiliki elektabilitas tinggi namun gagal maju karena kurangnya dukungan partai
“Situasi politik yang dinamis seperti ini, penting bagi calon untuk tidak hanya bergantung pada popularitas atau elektabilitas, tetapi juga aktif dalam membangun hubungan dengan partai politik,” imbuhnya. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id