Tiga daerah ini mencatat angka tertinggi kasus Tuberkulosis (TBC) di Kaltim. Dinkes Kaltim soroti penyebab, kelompok rentan, dan pentingnya pencegahan lewat pola makan seimbang serta deteksi dini.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Tiga wilayah besar di Kalimantan Timur, yakni Balikpapan, Samarinda, dan Kutai Kartanegara, mencatat angka kasus Tuberkulosis (TBC) tertinggi di provinsi ini. Ketiganya menjadi pusat sebaran TBC yang mengkhawatirkan dan membutuhkan penanganan serius.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Jaya Mualimin, menjelaskan bahwa perubahan pola sosial dan ekonomi turut memengaruhi penyebaran penyakit ini. Jika sebelumnya penderita TBC didominasi oleh kelompok ekonomi rendah dengan status gizi buruk, kini anak-anak dengan gizi cukup pun bisa terinfeksi, akibat pola makan yang tidak seimbang.
“Ketidakseimbangan ini berdampak pada sistem imun. Padahal, tubuh yang sehat seharusnya mampu melawan serangan basil TBC,” ungkapnya di Samarinda, belum lama ini.
Ia juga menyoroti bahwa kelompok usia paling rentan tertular TBC adalah mereka yang berada pada usia produktif, yakni 15 hingga 40 tahun. Namun, anak-anak—terutama balita—juga tidak luput dari risiko infeksi, meskipun mereka umumnya bukan penyebar utama penyakit ini.
“Banyak anak-anak yang tertular dari orang dewasa di lingkungan terdekatnya. Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa untuk memastikan dirinya bebas dari TBC agar tidak menularkan kepada anak-anak,” jelasnya.
Menurut Jaya, kunci utama dalam pencegahan TBC adalah menjaga daya tahan tubuh melalui pola makan sehat dan gizi yang cukup. Sebab, kuman penyebab TBC hanya akan berkembang dalam tubuh yang sistem imunnya lemah.
“TBC yang menjadi perhatian saat ini adalah TBC paru. Penyakit ini sangat menular dan bersifat kronis. Maka dari itu, deteksi dini serta pengobatan tepat menjadi langkah penting untuk menekan penyebarannya,” ujarnya. (Adv/diskominfokaltim/yed)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id