Harga sembako mulai bergejolak menjelang perayaan Iduladha 1444 Hijriah. Kondisi ini mulai dikhawatirkan para pelaku usaha. Pasalnya, jika harga sembako mulai naik, maka mereka pun harus putar otak untuk menjaga harga jualan mereka agar tidak naik.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Menjelang perayaan Iduladha 1444 Hijriah yang jatuh pada 29 Juni 2023 mulai memberikan dampak pada harga sembako. Meski belum mengalami kenaikan, namun perlahan tapi pasti harga sembako di Kota Samarinda mulai bergerak naik.
Misalnya saja dari hasil pantauan wartawan Akurasi.id di Pasar Semar Bodronoyo, Jalan DI Panjaitan, Samarinda. Mendapati memang adanya harga yang mulai mengalami kenaikan. Namun ada juga yang harganya turun.
Contohnya, untuk harga yang alami kenaikan, yakni tomat. Jika dipekan sebelumnya, harga per ons-nya dijual Rp2.000. Maka di pekan ini dijual seharga Rp3.000. Namun di pekan yang sama, harga jual capai mengalami penurunan yang cukup drastis. Pekan lalu dijual Rp7.000 per ons-nya, kini harganya turun menjadi Rp4.000.
Jodi Saputra (20) salah seorang penjual sayur mayur di Pasar Semar Bodronoyo berujar, saat ini pasokan tomat di pasar tersebut saat ini cukup terbatas. Lantaran hasil panen petani sedang tidak bagus. Kondisi ini diduga menjadi penyebab mulai naiknya harga tomat.
Sementara untuk lombok, Jodi memprakirakan, turunnya harga sebagai akibat dari banjirnya pasokan dari petani. Pasalnya, saat ini, hasil panen dari petani di Samarinda maupun distribusi dari luar Kaltim sedang tinggi-tingginya.
“Biasanya kalau momen-momen lebaran begini, harga sembako pasti naik. Tapi mudah-mudahan sih harga tetap bisa stabil. Solanya, kalau harga sembako naik terus, pasti nanti enggak ada yang mau beli,” tuturnya, Sabtu (17/6/2023).
Pelaku Usaha Waspadai Kenaikan Harga Jelang Lebaran
Terpisah, Abigael Laapadang (43) salah seorang penjual ayam krispi di Jalan Lambung Mangkurat II, Samarinda, mengaku saat ini harga bahan-bahan untuk pembuatan ayam yang ia jual masih tergolong stabil di pasaran. Namun belajar dari tahun-tahun sebelumnya, biasanya, satu pekan sebelum lebaran, pasti ada lonjakan harga.
“Biasanya sih, kalau harga ini, akan mengalami kenaikan jelang lebaran. Karena banyak masyarakat yang membeli sembako untuk persiapan lebaran,” katanya kepada wartawan media, Sabtu (19/6/2023).
Wanita berkerudung ini berujar, biasanya, meski harga bahan pembuatan ayam krispi mengalami kenaikan jelang lebaran. Namun ia sendiri memilih untuk tidak menaikannya. Sepanjang harga bahan baku pembuatan ayam krispi tidak naik secara signifikan. Meski hal itu akan berdampak pada keuntungan yang ia dapatkan.
“Kalau kenaikan harga hanya seribu atau lima ribu, Alhamdulillah, saya masih bisa dapat keuntungan. Walau keuntungannya tidak seberapa,” katanya.
Wanita 43 tahun ini menambahkan, biasanya, jika ia menaikan harga jual ayam krispi. Pasti banyak pelanggan yang tidak mau membeli. Ia pun tidak ingin ambil risiko dengan hal itu. Sehingga ia memiliki menjual dengan harga yang standar saja, yakni Rp12.000 per porsinya.
“Kalau saya menaikan harga jualan, nanti pembelinya makin sendikit. Jadi saya harap harga bahan pokok tidak terlalu mahal saat menjelang Hari Raya Iduladha,” harapnya. (*)
Penulis: Bintang Sabaruddin Syukur, Muhammad Dean
Editor: Redaksi Akurasi.id