Pengamat menilai tidak terdaftarnya Sultan Kutai Kartanegara sebagai undangan pada upacara HUT RI di IKN berlebihan.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Pemerintah sudah mengalokasikan 400 kuota bagi tokoh masyarakat yang ada di Kalimantan Timur (Kaltim) untuk ikut hadir di upacara HUT ke-79 RI di IKN.
Namun, salah satu tokoh penting di Tanah Benua Etam, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Aji Muhammad Arifin, justru tidak terlihat kehadirannya di agenda tersebut. Padahal, Presiden RI Joko Widodo bersama sang isteri justru menggunakan pakaian khas adat Kutai, Baju Takwo Kustim.
Pada perayaan kemerdekaan RI kali ini, Sultan Aji Muhammad Arifin, terlihat menghadiri upacara yang digelar Pemkab Kukar di Tenggarong. Ia mengaku, tidak mendapat undangan agenda tersebut.
“Tergantung dengan faktor alam, cuaca, dan undangan. Kita enggak ada diundang,” beber Sultan Aji Muhammad Arifin di Tenggarong, Sabtu (18/8/2024).
Meski begitu, ia mengaku tidak mempermasalahkan hal ini. Karena dimanapun perayaannya, menurutnya, kemerdekaan tetap memiliki makna yang sama.
Pada kesempatan itu, ia meminta agar IKN dapat membawa Indonesia khususnya Kukar ke arah yang lebih maju.
“Saya harap kita bisa aman, damai, dan tentram bersama suku-suku lainnya di Indonesia,” imbuhnya.
Kesbangpol Kukar Sebut Sudah Kirim Undangan ke Kesultanan
Sementara itu, Sekretaris Kesbangpol Kukar, Sutrisno mengaku, pihaknya sudah mengirim surat ke kesultanan. “Kami sudah mengirimkan surat, dan surat tersebut sudah diterima tanggal 26 Juli 2024 kemarin,” ujarnya saat dihubungi melalui seluler.
Lanjutnya, surat itu dikirimkan bersama daftar persyaratan yang harus diberikan. Yaitu salinan KTP. Hal ini permintaan Kesbangpol Kaltim. Lantaran mereka harus mengisi formulir online yang sudah disediakan.
Namun, aku Sutrisno, pihak kesultanan tidak memberikan konfirmasi kehadiran. Serta tidak mengirimkan berkas yang diminta sampai batas waktu yang sudah ditentukan. Sehingga, pihaknya hanya mendaftarkan kepada Kesbangpol Kaltim sejumlah tokoh masyarakat yang mengirimkan persyaratan itu.
Kendati demikian, ia tidak berani memberi tanggapan terkait Sultan Aji Muhammad Arifin yang mengaku tidak mendapat undangan. Karena pihaknya hanya mendapat tugas untuk menghimpun data. Sementara terkait undangan sudah diurus langsung oleh Sekretariat Negara RI.
Di sisi lain, Pengamat Sosiologi Moh Bahzar menilai, hal ini berlebihan. “Hargai beliau sebagai sultan, tanpa birokrasi semacam itu,” tuturnya.
Ia menyayangkan, ketidakhadiran Sultan Aji Muhammad Arifin karena tidak mendapat undangan hanya soal tidak mengirim salinan KTP. Menurutnya, sebagai penduduk asli Kaltim harusnya dia diutamakan.
“Kalau sampai begini, mengutamakan orang daerah itu hanya jadi slogan saja. Pada akhirnya akan bernasib sama dengan orang betawi jadi penonton,” tutup pria yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Mulawarman (Unmul) ini. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari