Jangan Takut Terapi Psikofarmaka, Psikiatri RSUD Taman Husada: Resep Sesuai Kebutuhan Pasien

Suci Surya
816 Views

Psikiatri RSUD Taman Husada Dewi Maharni menyebut obat-obatan psikiatri dibuat sesuai resep dengan dosis sesuai kebutuhan pemulihan pasien.

Kaltim.akurasi.id, Bontang – Banyak mitos beredar bahwa psikofarmaka atau obat dari psikiater akan menimbulkan ketergantungan dan merusak otak, layaknya narkoba. Asumsi ini seringkali membuat pasien takut untuk menjalani terapi medis. Hal ini disanggah oleh Psikiatri RSUD Taman Husada, Dewi Maharni, M.Sc., Sp.KJ.

Menurutnya, penggunaan obat mental jangka panjang bukan berarti ketergantungan. Justru jika pengidap mental tidak menjalani pengobatan hingga tuntas, bisa memperparah kondisi pasien. Itulah pentingnya masyarakat bisa membedakan antara ketergantungan dan kebutuhan.

“Istilah ketergantungan bisa salah diartikan. Ketergantungan bisa muncul tanpa ada indikasi dan keluhan awal. Sedangkan kebutuhan ada indikasi pasien mengalami gangguan mental, sehingga obat perlu diminum rutin sebagai tahap pemulihan,” jelasnya.

Dalam penjelasannya, dr. Dewi menambahkan bahwa obat-obatan psikiatri dibuat sesuai resep dengan dosis yang menyesuaikan kebutuhan pemulihan pasien. Jumlah dosis cenderung akan berkurang seiring dengan proses pengobatannya. Hal ini tentu saja berbeda dengan ketergantungan, yang mana pengidapnya akan terus-menerus menaikkan jumlah dosis karena rasa penasaran.

“Obat-obatan psikiater jika diberhentikan secara tiba-tiba malah akan memperparah kondisi pasien. Makanya perlu diminum sesuai anjuran dari dokter,” ujarnya.

Lebih lanjut, dr. Dewi menambahkan obat psikiatri bekerja secara bertahap, tetapi tidak menimbulkan efek ‘fly’ atau euforia layaknya narkoba. Psikiatri selalu memantau penggunaan obat pada pasien agar konsumsinya selalu sesuai takaran dosis. Kata dia, Itulah pentingnya konsumsi obat sesuai anjuran dokter agar mencegah kondisi kesehatan dan penggunaan obat tetap terkontrol.

“Pengobatan bisa berhenti ketika pasien sudah sembuh. Tapi berhentinya harus perlahan mulai dari pengurangan dosis,” pungkasnya. (adv/rsudtamanhusadabontang/cha/uci)

Penulis: Siti Rosidah More
Editor: Suci Surya Dewi

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menu Vertikal
Menu Sederhana
#printfriendly .related-sec { display: none !important; } .related-sec { display: none !important; } .elementor-2760 .elementor-element.elementor-element-0f8b039 { --display: none !important; } .elementor-2760 { display: none !important; }