Kaltim.akurasi.id, Penajam Paser Utara – Di beranda Kantor Bupati Penajam Paser Utara (PPU), Manto Rahmadi duduk dengan selembar sertifikat di sampingnya. Tatapannya campur aduk—antara lega, letih, dan pasrah. Sertifikat Hak Pakai (SHP) yang akhirnya ia terima itu adalah hasil penantian hampir setahun lamanya, sejak kebun karetnya berganti rupa menjadi hamparan landasan Bandara Very Very Important Person (VVIP).
Bandara tersebut merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menopang keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN). Namun bagi Manto, proyek besar itu berarti kehilangan ratusan pohon karet yang selama bertahun-tahun menjadi tumpuan hidup keluarganya.
“Ya itulah, kita-kita kan bersatu,” ucap Manto, mengingat perjuangannya bersama warga lain menuntut kepastian nasib mereka.
Dari Petani Karet ke Pekerja Proyek
Sebelum lahannya digunduli, Manto setiap hari menderes karet. Lebih dari 500 pohon ia rawat, dengan 300 pohon sudah produktif dan 200 lainnya masih menunggu masa panen. Semua itu kini hanya tersisa dalam kenangan.
Tanpa kebun, Manto mencari penghidupan baru. Ia sempat ikut bekerja sebagai buruh di proyek pembangunan bandara—pekerjaan yang jauh berbeda dari rutinitasnya dulu.
Baca Juga
“Ya cari kegiatan ini mandiri, sampingan,” katanya singkat.
Meski hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Manto tetap rindu pada kehidupan lamanya yang lebih bebas dan mandiri.
Tanaman Baru, Harapan Baru
Kini, di lahan pengganti seluas sekitar 1,5 hektare, Manto mencoba menanam singkong dan pisang. Bukan pilihan utama, melainkan jalan pintas untuk tetap bisa panen dalam waktu dekat.
Baca Juga
“Yah seadanya saja dulu. Kalau karet, mau nunggunya sampai kapan, belum lagi cari modal dan segala macam,” ujarnya.
Ia tahu betul, untuk kembali ke perkebunan karet butuh biaya besar: bibit, pupuk, hingga waktu bertahun-tahun. Sementara kebutuhan keluarga, termasuk dua anak yang harus ia tanggung, tak bisa menunggu selama itu.
Tabungan kecil yang tersisa ia gunakan untuk memulai menanam singkong dan pisang. Namun hingga kini, belum ada kepastian apakah warga terdampak seperti dirinya akan mendapat bantuan modal dari pemerintah.
“Harapannya ya ada, karena pembangunan ini cukup berdampak. Jadi ya sementara nanam-nanam dulu lah,” jelasnya. (*)
Penulis: Nelly Agustina
Editor: Redaksi Akurasi.id