Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda tengah menghadapi ujian fiskal akibat penurunan Dana Bagi Hasil (DBH) dan Transfer ke Daerah (TKD) dari pemerintah pusat.
Demi menjaga stabilitas keuangan dan memastikan pelayanan publik tetap berjalan, Pemkot Samarinda menerapkan sejumlah langkah efisiensi. Mulai dari pemangkasan perjalanan dinas hingga penghematan penggunaan listrik dan pendingin ruangan di kantor pemerintahan.
Wali Kota Samarinda Andi Harun mengatakan kebijakan efisiensi ini merupakan respons atas penurunan TKD yang cukup drastis. Dari semula Rp2,7 triliun, kini hanya tersisa sekitar Rp1,361 triliun atau turun hampir 49 persen.
Penyesuaian itu sesuai dengan kebijakan nasional terkait efisiensi APBN sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 56 Tahun 2025.
“Langkah pertama yang kami ambil yaitu efisiensi jangka pendek, terutama pada belanja rutin. Untuk sementara, anggaran konsumsi rapat seperti makan dan minum belum kami alokasikan, baik di Sekretariat Kota maupun di seluruh OPD,” ujar Andi Harun.
Baca Juga
Selain itu, perjalanan dinas juga akan dikurangi drastis hingga 90 persen. Hanya kegiatan yang bersifat mendesak dan berkaitan langsung dengan kepentingan nasional yang akan tetap dilaksanakan.
“Di saat pendapatan menurun, maka kemauan belanja juga harus ditekan. Rapat tetap bisa berjalan meski tanpa snack, cukup air putih saja. Ini tidak akan menghambat jalannya program,” tegasnya.
Kemudian pemkot juga bakal melakukan penghematan energi di lingkungan perkantoran. Termasuk, listrik dan penggunaan AC.
Baca Juga
“Kalau di rumah kita bisa mematikan lampu dan AC yang tidak dipakai, mengapa di kantor tidak bisa?” ujarnya.
Meski berada dalam tekanan fiskal, pria yang kerab disapa AH ini menilai kondisi ini sebagai momentum untuk memperkuat disiplin dan kreativitas dalam pengelolaan anggaran.
“Saya melihatnya sebagai blessing in disguise, kesempatan untuk belajar hidup lebih hemat dan efisien,” katanya.
Ia menegaskan, Pemkot tidak akan larut dalam keluhan, melainkan fokus pada mitigasi dan adaptasi terhadap kondisi fiskal yang menantang.
“Ini bukan bencana, tetapi peluang untuk memperkuat inovasi serta mencari sumber pembiayaan baru di luar dana transfer,” tutupnya. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi