Transisi Energi, Antara Komitmen Lingkungan dan Risiko Fiskal bagi Kaltim

Kepala Dinas ESDM Kaltim Bambang Arwanto mewanti-wanti agar transisi energi tidak menimbulkan guncangan ekonomi
Suci Surya
892 Views

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur menegaskan komitmennya untuk mempercepat transisi menuju energi baru terbarukan (EBT). Namun, langkah ini diakui berpotensi mengurangi pendapatan daerah yang selama ini bergantung besar pada sektor energi fosil, terutama batu bara dan migas.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim, Bambang Arwanto, mengatakan transformasi energi merupakan keniscayaan seiring tuntutan global terhadap energi bersih.

“Permintaan energi fosil seperti batu bara akan terus menurun. Kita harus bertransformasi menuju energi terbarukan,” ujarnya.

Ia menyebut, berdasarkan proyeksi umum energi daerah, pada 2045 penggunaan energi bersih di Kaltim ditargetkan mencapai 70 persen. Sementara lebih dari 60 persen pendapatan daerah saat ini masih bersumber dari energi fosil.

Data dari Kementerian ESDM menunjukkan, produksi batu bara Kaltim pada 2021 mencapai 294 juta ton, atau sekitar 60 persen dari total produksi nasional. Di sisi lain, produksi minyak bumi mencapai 17,7 juta barel, dan gas bumi 172,8 juta MMBtu. Angka tersebut menggambarkan betapa besar ketergantungan ekonomi daerah terhadap energi fosil.

Sementara itu, potensi energi baru terbarukan di Kaltim juga cukup besar. Berdasarkan kajian Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Samarinda di bawah Kementerian Perindustrian, total potensi EBT di Kaltim mencapai 23.841 megawatt (MW) yang bersumber dari tenaga surya, biomassa, dan energi air.

Bambang menegaskan, pemerintah harus berhati-hati agar transisi energi tidak menimbulkan guncangan ekonomi. “Kita tidak bisa memutus ketergantungan dari energi fosil tanpa kesiapan ekonomi alternatif,” katanya.

Secara nasional, Kementerian ESDM menargetkan peningkatan bauran energi terbarukan hingga 75 gigawatt pada 2040, sebagai bagian dari komitmen menuju net zero emission sebelum 2050. Dengan posisi Kaltim sebagai lumbung energi nasional, langkah transisi menuju EBT ini menjadi tantangan besar.

“Namun ini juga peluang untuk menciptakan ekonomi baru yang lebih berkelanjutan,” tutupnya. (*)

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menu Vertikal
Menu Sederhana
#printfriendly .related-sec { display: none !important; } .related-sec { display: none !important; } .elementor-2760 .elementor-element.elementor-element-0f8b039 { --display: none !important; } .elementor-2760 { display: none !important; }