Pemilih pemula atau Gen Z akui kegembiraannya bisa berkontribusi dalam pesta demokrasi tahun ini. Meski baru pertama kali nyoblos, mereka membagikan tips yang menjadi acuan dalam memilih paslon atau caleg.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Sebagai Gen Z, Angga Damara Putra (21) yang merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP) Bahasa Inggris Universitas Mulawarman (Unmul), menyatakan kegembiraannya sebagai pemilih pemula. Tidak hanya karena bisa mengikuti pesta demokrasi tahun ini, namun ia juga berkesempatan menggunakan hak suaranya. Dimana satu suara itu akan berpengaruh terhadap kepemimpinan lima tahun ke depan.
Meskipun begitu, datang ke tempat pemungutan suara (TPS) bukan barang baru baginya. Pasalnya, ia sudah terbiasa ikut orang tuanya untuk melihat jalannya pemilu, mulai dari pemilihan wali kota, gubernur, hingga presiden.
Sebagai informasi, pemilih dari generasi Z tahun ini sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024. Adapun sebutan generasi Z merujuk pada orang yang lahir mulai 1995 hingga 2000-an.
“Jujur, senang banget bisa berkontribusi nyata secara langsung. Untuk memberikan hak suara demi Indonesia yang lebih baik,” terangnya di Samarinda, Rabu (14/2/14) lalu.
Melihat lima surat suara yang harus dicoblos kali ini, ia mengaku sempat merasa kebingungan. Ditambah dengan calon legislatif dari DPRD kota hingga DPR RI yang cukup beragam. Untungnya, untuk soal pilihan ia sudah memiliki jagoan sendiri.
Tips Pilih Capres dan Caleg dari Gen Z
Tak hanya itu, sebagai pemilih pemula, ia pun membagikan sejumlah tips untuk menentukan pilihan. Misalnya, karena ia sudah menjatuhkan hati pada salah satu capres. Maka untuk legislatif, ia melihat dari partai pengusung capres tersebut.
“Setelah mendapatkannya, saya tinggal memilah caleg yang mana untuk dipilih,” tutur pria yang karib disapa Angga ini.
Sementara itu, untuk referensi memilih caleg, ia menilik dari berbagai alat praga kampanye (algaka) yang terpasang di beberapa sudut kota. Kemudian, ia mencari tau visi misi yang diusung oleh caleg tersebut di internet, misalnya dari laman KPU yang sudah disediakan.
Sedangkan untuk caleg yang tidak mempublikasikan profilnya, ia langsung masukkan ke dalam daftar hitam. Menurutnya, caleg tersebut tidak terbuka dan tidak apa adanya.
“Kenapa tidak terbuka saja? Yang tidak mau mencantumkan profilnya saya blacklist. Saya suka caleg terbuka, apa adanya, menyampaikan profil walau hanya tanggal lahir, saya jadi tau caleg terbuka. Mana yang mantap dengan pilihan saya,” jelasnya.
Tidak berbeda jauh dengan Angga, Ajeng Nadya (21) mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unmul, turut mengungkapkan kegembiraannya bisa berpartisipasi pada kontestasi politik pertama kalinya.
“Alhamdulillah, senang banget kali ini bisa nyoblos pilihan sendiri,” ungkapnya.
Kesenangan ini ditambah karena anggota KPPS di tempat ia mencoblos merupakan teman se-RTnya. Apalagi, teman-teman Ajeng bersikap ringan tangan, untuk membantu para lansia maupun pemilih pemula. Mulai dari mengarahkan cara pencoblosan hingga memasukan surat ke kotak suara.
Jadi Pemilih Pemula, Gen Z Hindari Caleg Baru
Kendati demikian, ia menemui beberapa kesulitan dalam pengalaman pertamanya. Seperti, kesulitan dalam melipat surat suara yang besar. Kemudian saat memasukkan ke dalam kotak suara, ia harus melakukannya berulang kali. Karena masih ada surat suara sebelumnya yang masih tersangkut.
Dalam menentukan pilihan, ia mencari tau visi misi yang dibawa oleh caleg maupun capres. Kemudian ia merasakan sejauh mana, gagasan tersebut sudah berpengaruh ke kehidupan pribadi.
Bagi Ajeng, caleg baru yang minim promosi harus menjadi salah satu yang ia hindari. Setelahnya, ia pun melakukan banyak diskusi bersama teman-temannya yang sadar akan pentingnya pendidikan politik.
Terakhir, ia berharap “2045 Indonesia Emas” tak sekedar menjadi jargon. Ia bercita-cita agar siapapun yang terpilih nanti, dapat menjadi orang-orang yang bertanggung jawab.
“Intinya berharap, biar kita lebih sejahtera aja lah,” pungkasnya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari