
Keterwakilan Kesultanan Kutai maupun Kesultanan Paser dalam pembangunan IKN Nusantara perlu. Bahkan, Sultan Kutai dan Paser bisa jadi Kepala Otorita IKN Nusantara. Sebagai penghargaan atas daerah dan wujud kearifan lokal.
Kaltim.Akurasi.id, Samarinda – Sebagai lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kaltim sedianya memang harus memiliki peran yang dalam megaproyek tersebut. Salah satunya, yakni putra dan putri asli Kaltim bisa ikut andil langsung dalam penentuan pembangunan IKN Nusantara.
Perihal itu, beberapa tokoh masyarakat, politik, dan kesultanan di Kaltim pun diusulkan bisa menjadi bagian dari tim pembangunan IKN Nusantara. Di antara keterwakilan itu, adalah dengan menjadi bagian dari Kepala Badan Otorita IKN Nusantara.
[irp]
Berkenaan dengan hal itu, setidaknya ada 2 nama yang kemudian mendapatkan rekomendasi masyarakat untuk menjadi Kepala Badan Otorita IKN Nusantara. Nama pertama yang mendapatkan usulan itu berasal dari Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, yakni Sultan Aji Muhammad Arifin.
Nama kedua yang mendapatkan rekomendasi, adalah Sultan Aji Muhammad Jarnawi yang merupakan sultan dari Kesultanan Paser. Munculnya kedua nama kesultanan itu, berasal dari Laskar Kebangkitan Kutai (LKK) saat acara Ikrar Akbar Masyarakat Kaltim di Hotel Aston Samarinda, Senin (14/2/2022).
Kepada wartawan, Ketua Umum LKK M Gusti Fahruddin Ayub menyampaikan, bahwa pihaknya memang menyepakati untuk mengikrarkan Sultan Aji Muhammad Arifin dan Sultan Aji Muhammad Jarnawi, sebagai calon Kepala Badan Otorita IKN Nusantara.
Sultan Kutai dan Paser Representasi Keterwakilan Kaltim
Meski begitu, sambungnya, LKK belum dapat memastikan apakah kedua nama sultan tersebut nantinya akan bersedia diusulkan sebagai calon pemimpin Badan Otorita IKN Nusantara. Walau demikian, bagi LKK, kedua sultan tersebut merupakan bagian dari representasi keterwakilan masyarakat Kaltim.
“Dua nama ini memang kami usulkan, namun jika kita tanyakan langsung ke Sultan Aji Muhammad Arifin, belum tentu sultan bersedia menjadi Kepala Badan Otorita IKN. Karena saya pernah berbincang dengan beliau. Bagi beliau, hal yang terpenting adalah mendapat restu bumi, maka semua harus kembali ke akarnya,” tutur pria yang karib dengan nama Ayub ini.
Kendati begitu, Ayub menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa munculnya dua nama sultan tersebut. Di antara pertimbangan itu, bahwa pihaknya mencoba mengusung kearifan lokal dalam setiap pembangunan. Karena ini merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, kearifan lokal merupakan pondasi dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
[irp]
“Meski kami membentuk LKK, namun yang terpenting bagi kami adalah bagaimana masyarakat Kaltim bersatu, tanpa membedakan suku dan agama. Kalau kita bersatu pasti sulit terpatahkan. Kita tidak akan jadi apa-apa jika terus menonjolkan kesukuan. Jadi, apapun suku dan agamanya, mari kita bersatu untuk sama-sama membangun Kaltim,” tandasnya. (*)
Penulis/Editor: Redaksi Akurasi.id