Meski terkesan menarik, pengamat politik dan sosial dari Kaltim minta masyarakat mentelaah baik-baik janji Anies untuk Kaltim. Agar memberikan pemahaman menyeluruh, utamanya dalam menentukan pilihan.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kedatangan Capres Nomor Urut 1 Anies Baswedan di Kota Tepian memberi dampak besar di kalangan masyarakat. Tentu saja keberadaannya di sana untuk menarik simpatisan, melalui beragam program yang ditawarkan.
Dari menyoal reklamasi lubang tambang, pembangunan kereta api, peningkatan Universitas Mulawarman sebagai pusat studi dan penelitian, Samarinda termasuk 40 kota penggerak perekonomian, hingga bantuan sosial plus.
Program-program yang disampaikan pun mendapatkan banyak sorotan, tidak hanya masyarakat awam, pun para akademisi. Salah satunya dari Pengamat Politik dan Sosial Universitas Mulawarman, Zulkifli Abdullah.
Zulkifli mengatakan, program bansos plus ini menarik. Namun, ia mengingatkan, meskipun setiap calon presiden memiliki visi dan misi sendiri, yang tentunya bertujuan untuk membangun bangsa. Yang menjadi poin penting atau kunci keberhasilannya adalah pada implementasi, setelah terpilih.
“Kalau tekstil, ketika kita baca itu semua sudah bagus. Hanya saja yang paling penting itukan adalah bagaimana ketika terpilih, semua itu direalisasikan,” ujar Zulkifli saat di hubungi oleh media ini.
Masyarakat Harus Pahami Konsep “Bansos Plus”
Menurutnya, masyarakat perlu memahami esensi dari “Bansos Plus”. Ini bukan hanya tentang memberikan bantuan yang lengkap, melainkan tentang menciptakan mekanisme yang mendorong penerima manfaat untuk menjadi lebih mandiri dan produktif.
“Itu harus menjadi pemicu untuk meningkatkan produktivitas masyarakat,” tambahnya.
Konsep “Bansos Plus” tidak hanya sekadar mengganti nama, tetapi lebih menitikberatkan pada peningkatan kualitas dan akurasi program bantuan sosial.
“Menurut saya, program ini harusnya lebih menekankan bahwa pentingnya program ini tidak hanya terletak pada memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi juga pada cara bantuan tersebut dapat mendorong produktivitas dan kemandirian,” jelasnya.
Jadi tujuan bansos itu sebenarnya, pemerintah memberikan bantuan sementara kepada masyarakat, lalu kemudian kedepannya masyarakat itu menjadi berdaya. Jika sudah berdaya mereka dapat memenuhi kehidupannya secara mandiri.
“Program-program capres maupun cawapres itu, sebenarnya harusnya mengarah kearah sana. Dimana, masyarakat diberikan ruang untuk belajar suapaya produktif dan dapat menunjang perekonomiannya sendiri,” imbuhnya.
Pembangunan 40 Kota Penggerak Ekonomi Harus Cocok dengan Postur APBN
Kemudian, program Kota Samarinda menjadi salah satu 40 kota penggerak perekonomian di Indonesia, setara Jakarta. Menurutnya, tidak hanya 40, tetapi kota-kota penting di Indonesia telah menarik perhatian banyak pihak.
“Namun, pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana program ini sesuai dengan postur APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) yang ada?,” tanya dia.
Meskipun konsepnya menarik, sebagai upaya untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia. Perlu dipertimbangkan kesesuaian dengan anggaran yang tersedia.
Pemerintah harus secara transparan memaparkan bagaimana program ini akan diintegrasikan dengan APBN. Sehingga, masyarakat dapat memahami dampaknya terhadap kondisi keuangan negara.
Dalam menyusun rencana tersebut, rasionalitas program harus menjadi fokus utama. Pertimbangan matang terkait dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan harus diuraikan secara jelas kepada masyarakat. Dengan begitu, mereka dapat memahami secara menyeluruh bagaimana program ini akan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan negara.
“Namun, kita harus melihat kira-kira program itu rasional atau tidak rasional. Tentu saja perlu dijabarkan kepada masyarakat, agar masyarakat paham,” tegasnya.
Dorong Unmul Sebagai Pusat Penelitian dan Riset, Pengamat: Langkah Tepat untuk Tarik Simpatisan
Soal Anis Baswedan yang akan menjadikan Universitas Mulawarman (Unmul), pria yang juga mengajar di Fakultas Fisipol Unmul itu mengatakan, bahwa langkah ini sangat tepat. Mengingat dukungan tinggi dari kalangan mahasiswa, dosen, dan tenaga akademik dapat memberikan dampak besar pada perolehan suara.
“Menurut saya, ini sangat cerdas, dia tau dimana ia dapat meraup banyak dukungan,” katanya.
Ia berpendapat, pentingnya memasukkan program-program yang relevan dengan dunia akademis ke dalam agenda politik menjadi jelas.
“Salah satu aspek yang tidak boleh diabaikan adalah budaya akademik di universitas,” ucapnya.
Pendekatan yang cerdas untuk menyelaraskan diri dengan budaya dan kebutuhan akademis dapat menjadi strategi yang efektif untuk memikat para pemilih dari kalangan universitas. Meskipun realisasi program-program ini tetap menjadi tanda tanya. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi Nila Sari