Salah satu inovasi paling menonjol adalah penggunaan aplikasi live score yang memungkinkan masyarakat untuk memantau langsung penilaian para peserta dalam ajang Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) ke-XXX di Kalimantan Timur
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) ke-XXX di Kalimantan Timur tidak hanya menjadi ajang adu kemampuan para penghafal Al-Qur’an, tetapi juga menjadi perhelatan yang menunjukkan bagaimana teknologi digital telah mengubah wajah perlombaan keagamaan ini.
Salah satu inovasi paling menonjol adalah penggunaan aplikasi live score yang memungkinkan masyarakat untuk memantau langsung penilaian para peserta.
Ketua LPTQ Nasional, Kamaruddin Amin, dalam sambutannya menyampaikan kekaguman atas kemajuan yang telah dicapai.
“MTQN kali ini bukan hanya sekadar lomba, tapi juga sebuah pergelaran inovasi. Dengan adanya aplikasi live score, masyarakat bisa ikut merasakan semangat lomba dan memberikan dukungan langsung kepada para peserta,” ujarnya.
“Kami ingin menciptakan MTQN yang transparan dan akuntabel. Dengan aplikasi live score. masyarakat bisa melihat langsung bagaimana proses penilaian berlangsung. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan terhadap hasil lomba,” tambahnya.
Selain aplikasi live score, beberapa aplikasi lain juga digunakan dalam MTQN Kaltim, antara lain, e-MTQ. Aplikasi ini digunakan untuk pendaftaran peserta, verifikasi data, dan pengelolaan data peserta secara keseluruhan.
Kemudian e-Maqra. Aplikasi ini berisi ribuan soal yang digunakan untuk lomba tilawah, tahfiz, dan tafsir. Soal-soal ini disusun oleh tim ahli dan telah melalui proses kurasi yang ketat.
Sementara itu, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, dalam sambutannya menyampaikan bahwa MTQN Kaltim menjadi momentum penting dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
“Kalimantan Timur dipilih sebagai tuan rumah MTQN karena dianggap sebagai pusat peradaban baru. Dengan semangat kebersamaan, kita akan terus berupaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghafur,” tegasnya.
Menag Yaqut juga menekankan pentingnya akulturasi antara agama dan budaya.
“Agama dan budaya adalah dua hal yang saling melengkapi. Kita tidak perlu memperdebatkan mana yang lebih utama, karena keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan kita,” tukasnya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id