Pilu di Balik Megahnya Teras Samarinda: Buruh Tak Digaji, Hidup Terlunta-lunta

Devi Nila Sari
25 Views
Tampak megahnya pembangunan Teras Samarinda. (Muhammad Zulkifli/Akurasi.id)

Puluhan buruh pembangunan Teras Samarinda harus menelan pil pahit. Lantaran upah setahun belum ada kejelasan.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Di balik megahnya pembangunan Teras Samarinda, tersimpan kisah pilu para pekerja yang belum menerima haknya. Sejumlah buruh mengaku belum mendapatkan upah, usai berjuang untuk menyukseskan pembangunan yang merupakan wajah Kota Tepian itu.

Alhasil, kini mereka terpaksa hidup merana. Lantaran upah selama setahun bekerja tak kunjung dibayar.

Salah satu pekerja, Rina, mengungkapkan, hingga kini belum ada kejelasan terkait pembayaran gaji meskipun mereka telah berulang kali menuntut haknya.

“Kami sudah setahun menunggu hak kami dibayar. Setelah audiensi di DPRD pun belum ada kejelasan. Banyak dari kami yang hidup susah, bahkan ada yang diusir dari kontrakan,” tutur Rina.

Situasi semakin buruk bagi Rina dan keluarganya. Karena tidak mampu membayar kontrakan, mereka terpaksa tinggal di sebuah gudang bekas bengkel bersama dua anaknya.

“Kini kami tinggal di gudang bekas bengkel bersama dua anak kami,” tuturnya.

Meski sudah memiliki tempat tinggal. Namun, tempat tersebut jauh dari kata layak. Rina menyebut, atap yang bocor, lantai yang kotor, serta bau tak sedap dari tumpukan barang bekas menjadi pemandangan yang ia dan keluarganya rasakan sehari-hari.

“Bayangkan saja, kotoran tikus di mana-mana, atap bolong-bolong. Ini bekas bengkel, banyak barang rongsokan. Saya sudah tidak tahan,” imbuhnya.

Keadaan semakin sulit menjelang bulan Ramadan. Tanpa penghasilan, ia kesulitan membeli makanan, apalagi untuk menyiapkan kebutuhan anak-anaknya.

Rina Ditinggal Suami, Dampak Upah Tak Kunjung Dibayar

Tak hanya harus bertahan di tempat yang tak layak, Rina juga harus menghadapi kenyataan pahit, suaminya pergi karena tak sanggup lagi menanggung beban hidup.

“Sedih sekali ditinggal suami dan harus menjaga anak-anak. Saya punya tiga anak, dua bersama saya, satu bersama suami. Tapi suami saya pergi karena tidak sanggup lagi,” ujarnya.

Berbagai upaya sudah ia lakukan, termasuk meminta bantuan kepada Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim, Rina Zainun. Namun hingga kini, belum ada kepastian kapan hak para buruh akan dibayarkan.

“Saya tidak mau nunggu lagi. Saya mau hak suami saya dibayar, saya mau cari tempat tinggal yang layak, saya mau jualan untuk menghidupi anak-anak saya,” ungkapnya pilu.

Sementara itu, para pekerja terus menuntut agar pihak perusahaan segera menyelesaikan pembayaran gaji mereka. Mereka juga berharap pemerintah dan pihak terkait turun tangan untuk memastikan nasib mereka tidak semakin terpuruk.

“Kami harus menunggu apa lagi? Harus tinggal di emperan jalan kah? Saya mohon, tolong bantu kami,” tandasnya. (*)

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *