Sulitnya akses listrik mengakibatkan terganggunya aktivitas belajar mengajar di SD Negeri 016 Tihi-Tihi. Beberapa perlengkapan tidak dapat dimanfaatkan lantaran tidak adanya pasokan listrik. Seperti kipas angin. Para siswa dan guru pun harus rela merasakan panas dan gerah saat proses pembelajaran berlangsung.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Sejak Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kampung Tihi-Tihi, Bontang Selatan rusak dua tahun lalu, warga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan setrum rumah tangga mereka. Permasalahan itupun mengakibatkan terganggunya aktivitas belajar mengajar di SD Negeri 016 Tihi-Tihi.
Beberapa perlengkapan tidak dapat dimanfaatkan lantaran tidak adanya pasokan listrik. Seperti kipas angin. Para siswa dan guru pun harus rela merasakan panas dan gerah saat proses pembelajaran berlangsung. Terlebih, lokasi pemukiman Kampung Tihi-Tihi yang letaknya di atas laut. Sudah barang tentu cuaca akan lebih panas.
Kepala Sekolah SDN 016 Tihi-Tihi, Ayu Rohman mengatakan, terkadang ia dan guru lainnya membawa pakaian ganti. Untuk menganti baju yang basah karena keringat setelah mengajar. “kami biasanya bawa baju ganti. Karena mengajar dalam kondisi cuaca panas sudah pasti berkeringat,” katanya kepada wartawan Akurasi.id, Jumat (22/09/2023).
Tak hanya itu, Ayu bilang akibat sulitnya akses listrik di Kampung Tihi-Tihi, mengharuskan para tenaga pengajar mengurus proses administrasi sekolah di rumah pribadi mereka, yang berada di daratan.
“Untuk kelengkapan administrasi sekolah kami biasanya lakukan di darat. Di rumah pribadi, terkadang di rumah saya, rumah kepala TU, atau rumah bendahara sekolah,“ kata Ayu Rohman.
Ayu juga memaparkan, permasalahan akibat sulitnya akses listrik terkadang muncul, ketika sekolah membuat suatu kegiatan. Pihak sekolah harus merogoh kocek untuk membeli solar, agar genset kampung bisa dipakai.
“Kalau ada kegiatan sekolah yang mengharuskan memakai listrik, kami pihak sekolah mau tidak mau harus membeli solar untuk mengisi genset,” ucapnya.
Pun ia berharap permasalahan ini tidak berlarut-larut. “Semoga saja segera ada solusi dari Pemerintah,” harapnya.(*)
Penulis : Andini Maharani Arifin
Editor: Fajri Sunaryo