Banjir rendam Melak Ilir, Melak, Kutai Barat. Nyaringnya suara sambaran petir tidak menghentikan aksi warga untuk selamatkan barang.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Malam itu, jarum jam menunjukkan pukul 23.30 Wita. Waktu di mana kebanyakan orang memilih untuk beristirahat setelah melakukan berbagai aktivitas di siang hari.
Baru saja hendak menaruh tubuhnya di pembaringan, seorang pria bernama Dian (25) dikagetkan oleh telpon genggamnya yang berdering. Ternyata, panggilan masuk tersebut berasal dari sanak saudaranya yang meminta bantuan untuk memindahkan barang ke tempat yang lebih aman. Lantaran debit air Sungai Mahakam yang tumpah ruah hingga menyambangi rumah warga yang berada di daratan.
Warga sebenarnya sudah waspada sejak awal. Pasalnya, berita banjir yang terjadi di Mahakam Ulu Kamis (16/5/2024) lalu, disebut juga akan terjadi di Kutai Barat. Seperti pengalaman pada beberapa waktu sebelumnya.
Tanpa pikir panjang, Dian yang tinggal di Melak Ulu segera menyambar kunci motor untuk menuju ke rumah saudaranya di Jalan Mulawarman, Melak Ilir.
Nyaringnya suara sambaran petir tidak menghentikan aksi mereka. Di tengah kilat yang menyala mereka bergotong royong menyelamatkan harta benda dari luapan air. Sejumlah barang yang memang masih bisa diselamatkan pun diangkut. Seperti surat berharga, pakaian, peralatan sekolah dan kerja, serta beberapa alat elektronik.
Barang-barang tersebut diamankan di rumah kerabat yang berada di kawasan tak terjamah luapan air sungai, Melak Ulu. Ada pula yang menyelamatkan rumah ke lantai dua dan rumah rakit, bangunan yang mengapung di atas air.
“Tadi keluarga saya minta tolong untuk mengangkut barang. Soalnya air naik cepat,” tuturnya saat dihubungi Akurasi.id, Sabtu (18/5/2024).
Sebenarnya, sejak Sabtu (18/5/2024) pagi, luapan air sungai belum terlihat di wilayah tersebut. Namun pada malam harinya, air sudah setinggi paha orang dewasa.
Salah seorang pria yang tinggal di Jalan 17 Agustus, Melak Ilir, Rinaldi (25) mengatakan, dirinya tidak terlalu panik dengan situasi seperti ini.
“Enggak terlalu panik sih. Karena memang sudah sering. Biasanya yang kaget itu pendatang yang baru tinggal di sini,” ungkapnya.
Ia mengatakan, rata-rata masyarakat di wilayah tersebut memiliki perahu kayu yang akan digunakan sebagai transportasi ketika banjir.
Lanjutnya, sebagian masyarakat sudah menyelamatkan barang mereka sejak sore. Harta benda banyak diangkut menggunakan roda empat. Pasalnya, kendaraan roda dua diduga sudah tidak bisa melewati jalan, kecuali motor yang memiliki knalpot tinggi.
Sementara itu, Rinaldi sendiri turut memindahkan barang-barang ke lantai dua rumahnya.
“Kalau kami masih melihat situasi. Jadi belum terlalu banyak barang yang diangkut,” tutupnya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id