Cuaca panas di Makkah menjadi salah satu tantangan terbesar bagi jemaah haji. Jemaah diimbau untuk menjaga kesehatan dan minum air putih yang cukup.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Cuaca panas yang mencapai 40-45 derajat celsius menjadi tantangan tersendiri bagi para jemaah haji, namun semangat mereka untuk melaksanakan ibadah haji tak surut.
“Kami mengimbau kepada seluruh jemaah untuk tidak memaksakan diri ke Masjidil Haram di siang hari karena cuaca yang sangat panas,” ujar Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Kalimantan Timur, Abdul Khalik, Selasa (11/6/2024).
“Sebaiknya salat zuhur di hotel karena tersedia masjid di sana. Di lingkungan tanah haram ini, pahala ibadah juga berlipat ganda, meskipun tidak sama dengan di dalam Masjidil Haram,” sambungnya.
Jemaah haji harus menyiapkan diri dengan menjaga kesehatan. Agar bisa mengikuti puncak ibadah haji yang akan diselenggarakan di Arafah, Musdalifah, dan Mina.
Jemaah akan berangkat ke Arafah pada 8 Dzhulhijjah. Kemudian mengikuti puncak haji di Arafah akan dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijjah. Jemaah akan diberangkatkan ke Arafah dengan bus secara bergantian dan disediakan tenda oleh Kerajaan Arab Saudi.
“Jemaah yang kuat akan mudah melaksanakan ibadah di Arafah karena membutuhkan banyak tenaga,” kata Abdul Khalik.
Di sana, semua jemaah akan berzikir dan memohon ampun kepada Allah SWT, karena doa di Arafah diyakini diampuni dan diterima.
Setelah Arafah, jemaah akan singgah sebentar di Musdalifah sebelum bergeser ke Mina. “Tahun ini, Musdalifah diprediksi akan penuh, sehingga jemaah diantar secara bergantian menggunakan bus,” ujar Abdul Khalik.
Di Mina, jemaah akan melaksanakan lempar jumrah aqobah sebanyak tujuh lemparan selama tiga hari. Bagi jemaah yang uzur, lempar jumrah dapat diwakilkan. Apalagi jalan kaki saat lempar jumrah membutuhkan banyak tenaga.
Setelah menyelesaikan lempar jumrah, jemaah haji Kaltim akan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yang dijadwalkan pulang pada tanggal 26 Juni akan langsung ke Makkah untuk melaksanakan nafal awal, sedangkan kelompok kedua yang pulang setelah tanggal 26 Juni akan melaksanakan nafal Tsani terlebih dahulu.
“Bagi jemaah yang memiliki waktu lebih banyak di Makkah, mereka dapat melaksanakan ibadah di Masjidil Haram atau ziarah ke tempat bersejarah seperti Masjid Quba yang dibangun Rasulullah SAW setelah pindah dari Makkah ke Madinah,” ujar Abdul Khalik.
Cuaca panas di Makkah menjadi salah satu tantangan terbesar bagi jemaah haji. Jemaah diimbau untuk menjaga kesehatan dan minum air putih yang cukup. Selain itu, jemaah juga harus menggunakan pakaian yang tipis dan berwarna terang untuk menghindari panas matahari.
Puncak haji di Arafah juga menjadi tantangan tersendiri bagi jemaah, karena membutuhkan banyak stamina dan ketahanan fisik. Jemaah diimbau untuk mempersiapkan diri dengan baik dan mengikuti arahan petugas haji.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, semangat jemaah haji Kaltim untuk melaksanakan ibadah haji tak surut. Mereka menunjukkan keteguhan iman dan tekad yang kuat untuk meraih haji mabrur.
“Kami doakan agar seluruh jemaah haji Kaltim dapat melaksanakan ibadah haji dengan lancar dan khusyuk, serta kembali ke tanah air dengan selamat dan membawa keberkahan bagi diri, keluarga, dan masyarakat,” kata Abdul Khalik. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id