
Pandemi melandai, omzet UMKM Bontang perlahan bangkit. Dengan level 2, aparatur diperkenankan melonggarkan pembatasan terutama dalam kegiatan perekonomian yang dirasakan positif oleh pengelola UMKM.
Kaltim.Akurasi.id, Bontang – Kota Bontang selalu menjanjikan kuliner lezat di hampir setiap sudutnya. Selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berlangsung, geliat kuliner memang sedikit meredup. Restoran, warung makan permanen maupun kaki lima, lesehan, dan angkringan yang sebelumnya buka sampai malam bahkan dini hari, terpaksa tutup lebih dini. Namun, kelezatan kuliner di kota ini tidak ikut redup.
Sabtu (13/11/2021) jelang petang, wartawan Akurasi.id bersama rekannya mampir ke salah satu warung kuliner yang ada di D’Pujasera Imam Bonjol, Kelurahan Api-Api, Bontang Utara. Warung Sate Taichan milik Doddy Uman Wijaya (32). Dari banyaknya jenis makanan yang ada di D’Pujasera. Sate Taichan menjadi salah satu jenis makanan yang mencuri perhatian.
Pandangan kami langsung disambut asap tipis dari pembakaran sate. Indra pendengaran kami dihibur oleh suara mendesis lemak yang terbakar. Sementara itu, indra penciuman kami dibelai aroma harum-gurih sate. Semua itu berorkestrasi menyajikan senandung kelezatan.
Sore itu, sekitar pukul 17.00 Wita, warung sederhana dengan empat meja makan kecil itu baru saja buka. Baru dua orang anak muda yang datang untuk menyantap makanan. Kami sengaja datang lebih awal dari jam makan malam untuk mengurangi kemungkinan berkumpul dengan banyak pengunjung lain. Demikianlah, di masa pandemi ini, untuk makan pun kita mesti bersiasat.
Seperti yang direkomendasikan oleh sejumlah teman, kami memesan menu paling populer di warung ini, yakni Sate Taichan Rempah ditemani satu gelas minuman es jeruk. Doddy, sang pemilik warung segera meracik menu yang dipesan. Tangan pria berambut pirang itu begitu lincah menari sembari memegang kipas kecil.
Potongan daging ayam segar yang telah dibumbui kemudian dibakar dengan rempah melimpah hingga tampak mengering. Hanya sekitar 10 menit, sate yang menggugah selera disajikan di meja.
Ketika dikunyah, tekstur sate yang terdiri atas daging dada ayam, sambal segar, ditambah perasan jeruk nipis amat garing sehingga menghasilkan tekstur daging yang legit. Cita rasanya sangat sederhana.
Tidak terasa jejak aroma dan rasa rempah yang kuat, yang biasa kita temukan pada sate seperti umumnya. Kami pun mulai menyantapnya hingga tak tersisa. Rasanya gurih dengan sedikit rasa asin dan asam. Tak ada jejak rasa bumbu yang kuat. Sesederhana itu.
[irp]
Bontang Turun Level 2, UMKM Bontang Perlahan Bangkit
Saat ini Pandemi Covid-19 sedikit mengendurkan dekapannya. Disertai pelonggaran aktivitas sosial berdampak positif terhadap keberlangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di Kota Bontang. Kalangan pengelola UMKM di sentra wisata kuliner D’Pujasera mulai menikmati peningkatan omzet dan pemulihan ekonomi. UMKM Bontang perlahan bangkit
Covid-19 yang melandai terpantau melalui laman resmi Instagram Promkes_bontang, Sabtu (13/11/2021). Tercatat cuma 7 kasus aktif, sedangkan kesembuhan juga terus menunjukkan tren membaik, 97,6 persen. Situasi secara statistik itu diperkuat dengan pelonggaran mobilitas sosial. Bontang hampir dua pekan berada di level 2 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Dengan level 2, aparatur diperkenankan melonggarkan pembatasan terutama dalam kegiatan perekonomian yang dirasakan positif oleh pengelola UMKM. Seperti yang dirasakan Doddy, pengelola warung makan di Sentra Wisata Kuliner D’Pujasera Imam Bonjol. Perbaikan omzet mulai dirasakan ketika pandemi melandai sejak awal September. Setra kuliner itu mulai ramai didatangi kembali oleh konsumen.
”Waktu pandemi masih belum turun, dalam sehari hanya laku sekitar 20 porsi sate. Atau sekitar Rp 500 ribu.Di bulan ini, omzet harian saya naik sampai dua kali lipat. Dalam sehari bisa laku 50 sampai 75 porsi,” ujar Doddy kepada Akurasi.id. Peningkatan omzet yang dirasakannya itu karena kunjungan ke sentra wisata mulai ramai dan jumlah pengunjung tidak lagi terlalu dibatasi.
[irp]
Perbaikan omzet juga mulai dirasakan oleh pengelola usaha mikro lainnya. Chandra (20), penjual makanan khas korea “Gogi Kuy” mengatakan, pandemi yang melandai membuatnya mulai leluasa berjualan. Pun keuntungan yang didapat sudah mulai normal. ”Karena mulai landai, pembatasan sudah longgar. Alhamdulillah omzet penjualan saya sudah kembali pulih,” ujar Chandra.
Chandra mengklaim, ketika situasi pandemi belum membaik, omzet hariannya nyaris tak pernah melebihi Rp 50.000. Saat ini, ketika pandemi melandai, omzet harian membaik sampai tiga kali lipat. ”Waktu Covid-19 masih parah, dagangan tidak pernah habis. Sekarang terkadang dagangan sampai ludes. Dalam sehari saya bisa dapat sampai Rp1 juta,” katanya.
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2021 tentang PPKM level 3, Level 2, dan Level 1 di Wilayah Luar Pulau Jawa dan Bali, Bontang masuk dalam level 2. Itu terhitung sejak tanggal 9-22 November 2021.
[irp]
Menurut regulasi itu, usaha mikro kecil makanan-minuman, yakni kedai, warung, dan lapak, yang membuka usaha sejak pagi atau siang boleh beroperasi sampai dengan pukul 21.00 WIB meski ada pembatasan pengunjung 50 persen dari kapasitas.
Roda UMKM Bontang Perlahan Bangkit, Prokes Wajib Diperhatikan!
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Diskop-UKMP) Bontang, Kamilan mengatakan, pelonggaran melalui instruksi itulah yang salah satunya menggeliatkan kembali aktivitas ekonomi usaha mikro kecil makanan-minuman, termasuk di D’Pujasera. Sebanyak 32 lapak kuliner yang berada di sana mulai merasakan omzet yang kembali normal.
”Kami terus memantau untuk memastikan bahwa penerapan protokol kesehatan tetap amat penting untuk dijalankan,” kata Kamilan.
[irp]
Setiap sentra wisata kuliner, kata dia, harus sudah dilengkapi dengan sarana sanitasi. Pengunjung juga tetap diawasi oleh gugus tugas mandiri agar patuh dengan protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Kata Kamilan, pengawasan mesti diperkuat, jangan sampai terjadi euforia berlebih. Kesadaran untuk menjaga protokol akhirnya kembali kepada pedagang dan konsumen. “Walaupun sudah mulai membaik, kita harus tetap waspada. Jangan sampai terjadi euforia berlebihan. Nanti kasus naik lagi,” ujarnya. (*)
Penulis: Fajri Sunaryo
Editor: Redaksi Akurasi.id