
Dosen Universitas Trunajaya tak terima honor 2 tahun, TPHD tuntut pelunasan dan pencopotan Dekan FE. TPHD pun meminta pertanggung jawaban Yayasan Pendidikan Miliana sebagai pengelola Unijaya untuk membayarkan honor yang tertunggak.
Akurasi.id, Bontang – Puluhan dosen Universitas Trunajaya (Unijaya) yang tergabung dalam Tim Penyelesaian Hak Dosen (TPHD) menyampaikan petisi, terkait persoalan internal kampus Unijaya. Salah satu persoalan yang mencolok yakni pembayaran dosen yang tertunggak sejak 2019 silam. Nilainya mencapai 1,4 miliar lebih.
Juru bicara TPHD Lilik Rukitasari menuturkan, yang menjadi alasan mahasiswa melakukan aksi dikarenakan Kartu Hasil Studi mereka tertahan. Dosen bersangkutan enggan memberikan rapor para mahasiswa karena honor mereka menunggak selama 2 tahun.
TPHD pun meminta pertanggung jawaban Yayasan Pendidikan Miliana sebagai pengelola Unijaya untuk membayarkan honor yang tertunggak. “Kondisi kampus tidak baik-baik saja, bayangkan honor kami selama 2 tahun belum terbayarkan, bahkan ada 1 dosen dari tahun 2009 yang belum menerima haknya,” kata Lilik Rukitasari saat press conference di Pendopo Wali Kota, Jumat siang (01/10/2021).
Lilik menjelaskan, sebelumnya para dosen sudah mencoba menjembatani persoalan internal ini melalui Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2Dikti) pada tanggal 5 Juni 2021 lalu. Dalam pertemuan itu, disepakati, yayasan akan melunasi seluruh honor dosen dengan batas akhir 30 September 2021. Kenyataannya, hingga hari ini 1 Oktober 2021 belum dipenuhi.
Dari hasil perundingan juga disepakati, pihak yayasan diminta untuk membenahi pengelolaan keuangan, karena sangat berdampak pada sistem pembelajaran. “Kami memang sengaja, tidak mengeluarkan nilai mahasiswa, karena ada tertulis di perjanjian 5 Juni lalu, kalau honor kami tidak terbayarkan,” bebernya.
Bukan hanya persoalan honor, TPHD juga mengecam kekerasan fisik maupun verbal yang dilakukan oknum dosen berinisial HV yang juga Dekan Fakultas Ekonomi, saat menghadapi aksi demo mahasiswa, Selasa lalu (28/9/2021) lalu.
[irp]
“Tindakan arogansi dan kekerasan tidak sepantasnya ada di lingkungan Unijaya walaupun di pahami oknum tersebut anak dari pendiri yayasan,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga meminta yayasan memberhentikan HV sebagai Dosen maupun sebagai Dekan di Unijaya Bontang. Oknum dosen yang membubarkan paksa para mahasiswa itu dinilai mencederai nilai-nilai Tridarma Perguruan Tinggi.
Menurutnya, dosen harus mencerminkan nilai-nilai ilmiah dalam membangun kapasitas berpikir mahasiswa. Bukan sebaliknya, cacian dan makian kepada mahasiswa saat berunjuk rasa.
“Itu sangat merugikan kami yang berprofesi sebagai dosen. Kami tidak bisa diam, dengan sikap arogansi oleh salah satu oknum,” sambungnya.
[irp]
“Harus tegas, bahkan kami sayangkan sikap Rektor yang seolah melakukan pembiaran terhadap dosen yang bertindak semena-mena,” terangnya.
Dikonfirmasi terpisah terkait petisi para dosen, Pembina Yayasan Miliana Chelly Amalia Shianifar mengaku pihaknya tetap akan bertanggung jawab atas persoalan honor dosen.
“Mereka adalah aset buat kami, saya tetap bertanggung jawab atas pembayaran honornya karena itu memang hak mereka (dosen),” kata Chelly saat ditemui di Unijaya, Jumat sore (01/10/2021).
Ia merasa selama ini juga pihaknya telah berusaha membayar, walaupun baru separuh. “Selama ini tidak diam, kami membayar dengan mencicil, sembari berjalan, jika mahasiswa membayar SPP kami akan bagi dosen. kondisi seperti ini (Covid-19) kan memang sulit,” tambahnya.
[irp]
Terkait pemberhentian HV sebagai Dosen ataupun Dekan di Unijaya, Chelly mengaku belum bisa berkomentar banyak. Dirinya akan mengadakan pertemuan dengan seluruh anggota yayasan untuk membicarakan persoalan tersebut
“Kami harus kumpulkan dulu orang-orang di yayasan, tidak bisa satu pihak,” Katanya.
Ia pun mengakui reaksi HV menghadapi demo BEM beberapa hari lalu, berlebihan. Sebagai pembina yayasan, ia siap menghadapi persoalan itu. “Semua masalah pasti ada jalannya, saya akan hadapi masalah ini,” tukasnya. (*)
Penulis: Fajri Sunaryo
Editor: Redaksi