
Sekolah di Bontang berjibaku dengan pembelajaran campuran, tatap muka dan daring. Sistem pembelajaran campuran juga mengharuskan guru bisa mengajar siswa di sekolah dan di rumah dalam waktu bersamaan.
Akurasi.id, Bontang – Pembelajaran tatap muka terbatas sudah dimulai sejak beberapa pekan lalu di Kota Bontang. Banyak sekolah di Bontang yang mengatur pembelajaran secara tidak penuh dalam sepekan. Alhasil, metode pembelajaran campuran menjadi kebiasaan baru di tengah masih rawannya kasus penyebaran Covid-19.
Seyogianya kebijakan sekolah untuk menjalankan pertemuan tatap muka (PTM) terbatas dan pembelajaran daring disesuaikan dengan kondisi tiap sekolah. Ada sekolah yang siswanya seratus persen bersedia belajar di sekolah sesuai jadwal, sehingga saat pembelajaran di dalam kelas guru bisa fokus berinteraksi dengan siswa dalam kelas.
Namun, ada pula sekolah yang menjalankan PTM terbatas dan pembelajaran jarak jauh secara bersamaan. Salah satu sekolah yang mengombinasikan antara PTM dan pembelajaran daring yakni SDIT Cahaya Fikri yang terletak di Kelurahan Tanjung Laut, Bontang Selatan.
Kepala Sekolah SDIT Cahaya Fikri, Nina Risdiana mengatakan, kegiatan belajar-mengajar masih dibatasi dengan menggilir tiga jenjang kelas untuk masuk hari Senin dan Selasa. Dan tiga kelas lagi di hari Rabu-Kamis. Setiap hari, hanya ada beberapa rombongan belajar di kelas selama tiga jam tanpa istirahat.
Jumlah kursi pun dibatasi, dari yang semula 30-34 siswa per kelas menjadi hanya 12-15 siswa per kelas. “Sehari hanya belajar 3 jam. Kami menggunakan 14 ruangan. Setiap ruangan akan diisi 12-15 anak. Dan tidak ada waktu istirahat,” jelas Kepala Sekolah SDIT Cahaya Fikri, Nina Risdiana kepada Akurasi.id, Jumat (01/10/2021).
Kata dia, dari total keseluruhan siswa yang ada di sekolah tersebut mencapai 345 orang. Kendati demikian, hanya 80 persen orang tua siswa yang setuju anaknya mengikuti PTM. Jika dikalkulasikan, hanya 273 orang tua siswa yang setuju anaknya mengikuti PTM. Artinya masih ada 72 siswa dari keseluruhan kelas yang memilih pembelajaran daring.
[irp]
“Masih ada orang tua siswa yang tidak setuju anaknya mengikuti PTM. Para orang tua siswa itu memiliki alasan tersendiri. Ada yang berada diluar daerah, ada yang tidak sanggup mengantarkan anaknya setiap hari, dan lainnya. Tapi itu kembali ke pilihan orang tua siswa masing-masing. Kami tidak bisa memaksakan,” ujarnya.
Dengan demikian, dalam implementasinya, sistem pembelajaran campuran juga mengharuskan guru bisa mengajar siswa di sekolah dan di rumah dalam waktu bersamaan. Hal ini menuntut siswa yang belajar di rumah untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.
Namun, Nina mengakui, model pembelajaran tersebut mengalami sedikit kendala. Pasalnya guru yang berada di ruangan kelas melakukan pembelajaran tatap muka kepada siswa, juga harus melayani pembelajaran daring untuk siswa yang ada di rumah melalui aplikasi zoom, secara bersamaan. Alhasil, guru sedikit kerepotan.
“Kalau di sekolah kan anak-anak yang belajar tidak diperbolehkan keliling. Jadi guru yang harus berkeliling. Disisi lain guru juga harus melayani yang daring. Jadi sedikit repot sebenarnya. Tapi itu sudah menjadi tanggung jawab. Jadi harus dijalani. Semoga saja kondisi Bontang lekas membaik,” tukasnya.
[irp]
Dia juga bilang, pembukaan sekolah di masa pandemi Covid-19 yang masih dibatasi berbagai aturan protokol kesehatan, membuat sekolah harus kreatif mencari cara yang tepat untuk tetap menjalankan pembelajaran yang semakin baik.
“Selama pandemi Covid-19, kami menggunakan kurikulum darurat yang diperkenalkan Kementerian. Dengan memakai kurikulum darurat, proses pembelajaran pun bisa difokuskan pada materi yang esensial. Hal itu bertujuan untuk menyamakan kualitas pembelajaran,” jelasnya.
Antisipasi Kluster Baru
Kepala Sekolah SDIT Cahaya Fikri juga menjelaskan, untuk mengantisipasi munculnya kluster baru di ruang lingkup sekolahan. Setiap orang tua siswa diwajibkan untuk mengisi form screening. Hal itu untuk mendeteksi apakah peserta didik mengalami gejala kesehatan atau tidak.
[irp]
“Sebelum peserta didik masuk sekolah. Kami harus benar-benar memastikan kesehatannya. Jangan sampai ada yang sakit. Apabila ada yang kurang sehat, kami sarankan untuk tidak mengikuti PTM,” tukasnya. (*)
Penulis: Fajri Sunaryo
Editor: Rachman Wahid