Kaltim.akurasi.id, Penajam Paser Utara – Krisis air bersih di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) kian mengkhawatirkan. Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut, 79 persen wilayah PPU dan sekitarnya tidak memiliki sumber air tanah. Kondisi ini membuat pemerintah daerah harus bergantung pada pasokan air dari SPAM Regional Mahakam, SPAM Regional Longkali, serta Bendungan Sepaku Semoi.
Direktur Utama Perumdam Danum Taka, Abdurrasyid, mengungkapkan kapasitas bendungan yang tersedia saat ini masih terbatas.
“Sekarang Bendungan Sepaku Semoi saja hanya dioperasikan seminggu sekali karena penghuninya belum banyak. Jika kawasan sekitar sudah padat penduduk, dipastikan pasokan tidak akan cukup,” jelasnya, Kamis (25/9/2025).
Saat ini jumlah pelanggan PDAM di PPU baru mencapai 15.400 sambungan rumah, atau sekitar 34 persen cakupan layanan. Padahal target pemerintah adalah 80 persen pada 2029. Tantangan kian berat karena pertumbuhan penduduk diproyeksikan meningkat pesat.
“Jika pertumbuhan penduduk di atas 10 persen per tahun, target akan sulit tercapai. RPJMD memproyeksikan jumlah penduduk tahun 2030 bisa mencapai 800 ribu hingga 1 juta jiwa, melonjak tajam dari kondisi saat ini yang sekitar 200 ribu jiwa,” kata Abdurrasyid.
Baca Juga
Untuk memperluas layanan, pemerintah juga mengandalkan 24 unit PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) yang tersebar di berbagai desa. Namun, hanya enam unit yang masih berfungsi, sementara sisanya mangkrak dan berubah fungsi menjadi fasilitas MCK.
“Bupati menargetkan seluruh PAMSIMAS dapat kembali berfungsi pada akhir 2027. Jika semuanya aktif, kapasitasnya setara 8.600 sambungan rumah,” ungkapnya.
Ia menegaskan, revitalisasi PAMSIMAS memerlukan dukungan dana desa dan bantuan Kementerian PUPR, karena sebagian besar fasilitas membutuhkan penggantian mesin serta pembangunan infrastruktur baru.
“Tanpa dukungan pusat, sulit bagi daerah untuk mengejar target pelayanan air bersih,” tegasnya. (*)
Penulis: Nelly Agustina
Editor: Redaksi Akurasi.id