Kondisi Terminal Sungai Kunjang Samarinda kian memprihatinkan. Dari toilet rusak hingga kanopi jebol, rencana perbaikan masih menggantung tanpa kepastian.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Terminal Sungai Kunjang, Samarinda, kini memerlukan perhatian serius. Beberapa fasilitas umum di terminal yang mulai beroperasi sejak 24 Juni 1989 itu sudah mengalami kerusakan dan tidak lagi berfungsi optimal.
Pantauan di lapangan menunjukkan sejumlah fasilitas tampak memprihatinkan. Cat bangunan memudar, papan informasi usang, kebersihan kurang terjaga, hingga atap dan kanopi yang mulai rusak satu per satu.

Koordinator Satuan Pelaksana Terminal (Korsatpel) Sungai Kunjang, Eko Novianto, mengungkapkan pihaknya sebenarnya sudah menyiapkan langkah perbaikan. Namun, realisasi perbaikan masih menunggu keputusan dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kaltim.
“Memang ada rencana besar untuk merehabilitasi terminal ini. Bagian belakang terminal sudah ditutup dan dikosongkan, pedagang yang berjualan juga sudah diminta keluar karena akan dibongkar,” jelas Eko, Rabu (3/9/2025).
Sayangnya, hingga kini rencana tersebut belum berjalan. Eko menduga persoalan anggaran menjadi kendala utama.
“Dari pihak kami di lapangan sudah siap, tinggal menunggu eksekusi dari dinas,” tegasnya.
Toilet Jadi Sorotan Utama
Salah satu fasilitas yang paling mendapat keluhan adalah toilet terminal. Dari 4–5 pintu toilet yang ada, saat ini hanya sekitar dua yang berfungsi.
“Kalau nanti dibongkar, sementara akan disiapkan toilet portable untuk penumpang. Jadi kalau ada yang mau buang air kecil atau besar, bisa menggunakan itu,” terang Eko.
Ia menyebutkan, anggaran rehabilitasi terminal kabarnya mencapai Rp40 miliar. Namun, pelaksanaan belum berjalan karena masih menunggu keputusan final dari Dishub Kaltim.

Sepi Penumpang, Tergerus Terminal Bayangan
Eko menambahkan, kondisi terminal yang kurang terawat membuat masyarakat enggan memanfaatkannya. Penumpang lebih memilih menunggu di luar terminal atau di “terminal bayangan” karena dianggap lebih praktis dan bebas biaya retribusi.
“Selama ini orang enggan masuk terminal karena fasilitasnya jelek dan tidak nyaman. Belum lagi adanya terminal bayangan di luar,” ujarnya.
Saat ini, jumlah penumpang di Terminal Sungai Kunjang sangat minim. Bahkan, dalam sehari bisa tidak ada penumpang sama sekali, atau hanya satu hingga dua orang.
Adapun pemasukan harian terminal hanya sekitar Rp200 ribu–Rp300 ribu. Retribusi bus besar dikenakan Rp7.500 sekali keberangkatan, sementara bus kecil jurusan Samboja atau Handil dikenakan Rp4.000. Dengan rata-rata 25–30 keberangkatan per hari, pendapatan masih relatif terbatas. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id