Persentase jam kosong kelas yang hampir tidak ada alias nihil menjadi bentuk kedisiplinan SMAN 1 Samarinda dalam proses belajar mengajar. Sehingga siswa dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Demi memberikan pendidikan yang berkualitas, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Samarinda tegas dalam mendisiplinkan guru dan siswanya.
Kepala SMA Negeri 1 Samarinda I Putu Suberata akan memberikan sanksi kepada guru yang membolos dan meninggalkan jam pelajaran. Hal itu untuk memastikan keberlangsungan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
“Jangan sampai ada jam kosong di kelas, sehingga perilaku siswa tetap terkontrol. Kalau ada kekosongan itu yang dikhawatirkan bisa disalahgunakan. Misalnya siswa berkelahi dan bermain bebas,” ucapnya kepada Akurasi.id.
Pria yang akrab disapa Putu itu mengatakan untuk SMAN 1 Samarinda sendiri, persentase kekosongan guru saat jam kerja hampir tidak ditemukan. Dia menegaskan jika hal itu terjadi pihaknya akan memberikan sanksi sesuai dengan indikasi alasan guru tersebut tidak masuk mengajar.
“Kami memantau lewat CCTV, karena setiap kelas sudah dipasang kamera pemantau. Kalau pun ada guru yang meninggalkan atau tidak masuk saat jam mata pelajarannya, tentu kami akan panggil dan minta keterangan kenapa tidak masuk,” terangnya.
Kata dia, guru boleh izin tidak mengajar dengan alasan yang dapat diterima atau kondisi urgent. Namun pihaknya tidak dapat mentoleransi jika ada guru yang membolos mengajar saat jam pelajaran tiba.
“Izin boleh tergantung masalahnya apa, tapi jangan coba-coba izin saat jam mengajar. Karena itu adalah tanggung jawab sebagai seorang guru, kan tidak lama juga mengajarnya, tidak full seharian. Jangan mencari celah ketika jam mengajar dipakai keluar,” tambahnya.
Dia menjelaskan untuk mengatasi kekosongan kelas, pihaknya memberikan kelonggaran kepada guru jika saat jam mengajar tidak bisa hadir. Yakni dengan menukar jam mata pelajaran dengan guru lain. Sehingga dapat menjadi solusi untuk mengurai kekosongan guru saat jam belajar siswa.
“Seandainya sakit harus ada pengganti yang lain, kalau tidak ada pengganti barter saja dengan jam mata pelajaran lain,” jelasnya.
Dia berharap guru bisa dengan ikhlas dalam mengajar, sehingga akan lebih mudah mentransfer ilmunya kepada para siswa saat di kelas. Serta tetap konsisten dalam mengajar. Pasalnya guru merupakan objek krusial untuk mencerdaskan anak bangsa. (adv/disdikbudkaltim/zul/uci)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi