Bupati PPU Dorong Strategi Tanam Optimal di Tengah Tantangan Tadah Hujan

Devi Nila Sari
3 Min Read
Bupati PPU Mudyat Noor dan dinas pertanian saat melakukan panen raya. (Dok Humas Setda PPU)

Bupati PPU dorong metode yang lebih efektif dalam bertani. Sebagai upaya peningkatan hasil produksi padi di PPU.

Kaltim.akurasi.id, Penajam – Tantangan utama pertanian di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) saat ini adalah sistem tanam yang masih mengandalkan tadah hujan. Oleh karena itu, strategi tanam yang optimal perlu diterapkan agar produktivitas pertanian tetap meningkat, meskipun hanya dapat dilakukan dua kali dalam setahun.

Hal tersebut disampaikan oleh Bupati PPU, Mudyat Noor, saat menghadiri panen raya padi gabungan kelompok tani (Gapoktan) Sri Maju di Desa Sidorejo, Kecamatan Penajam, Kabupaten PPU, Senin (24/03/2025) pagi.

Dalam kesempatan tersebut, Mudyat menekankan pentingnya metode yang lebih efektif dalam bertani, termasuk sistem pindah tanam, pemilihan bibit unggul, serta perawatan yang baik agar hasil panen semakin maksimal.

“Petani PPU harus semakin maju. Mari kita tingkatkan potensi pertanian kita dan yang paling penting, jangan alihfungsikan lahan sawah untuk hal lain. Jika kita kelola dengan benar, nilai ekonominya sangat luar biasa,” tuturnya.

Kualitas Bibit Tentukan Peningkatan Hasil Panen

Menurutnya, keberhasilan pertanian tidak hanya bergantung pada luas lahan, tetapi lebih pada kualitas yang ditanam. Dengan pemilihan bibit yang unggul, pemupukan yang tepat, ketersediaan air yang cukup, serta metode budidaya yang benar, hasil panen bisa meningkat secara signifikan.

“Kuncinya bukan luasan, tapi kualitas yang kita tanam. Kalau bibitnya baik, pupuknya sesuai, airnya cukup, dan metodenya benar, hasilnya pasti lebih besar. Contohnya di sini, yang semula hanya 4 ton per hektare, sekarang bisa mencapai 6 ton,” jelasnya.

Sebagai upaya meningkatkan produktivitas pertanian di PPU, yang diharapkan bisa menjadi lumbung pangan bagi Kalimantan Timur, Mudyat Noor berkomitmen untuk terus mendukung sektor pertanian.

Ia meminta dinas pertanian, penyuluh, serta brigade pertanian untuk berperan aktif dalam mendampingi petani. Guna memastikan teknik bertani yang lebih baik diterapkan dengan maksimal.

Selain itu, ia juga mengingatkan para petani untuk lebih memperhatikan kualitas hasil panen. Saat ini, Perum Bulog menyerap gabah petani dengan harga Rp6.500 per kilogram.

Dengan harga tersebut, petani bisa mendapatkan keuntungan yang lebih baik, asalkan kualitas gabah yang dihasilkan juga memenuhi standar yang diinginkan Bulog. Sektor pertanian ini sangat berpotensi, tidak hanya untuk swasembada pangan, tetapi juga sebagai penopang kemandirian ekonomi.

“Contohnya, hasil panen hari ini dari satu hektare sawah mampu menghasilkan 6 ton gabah. Dengan harga Rp6.500 per kilogram yang diserap Bulog, hasilnya bisa mencapai puluhan juta rupiah per hektare. Ini tentu sangat berpengaruh terhadap penghasilan petani,” ungkapnya

Panen raya kali ini digelar di hamparan pertanian Gapoktan Desa Sidorejo, yang memiliki luas lahan sawah sekitar 365 hektare. Untuk meningkatkan swasembada pangan dan optimalisasi lahan pertanian, Desa Sidorejo telah menjalankan program kemandirian pangan yang didanai dari dana desa sebesar 20 persen. (Adv/diskominfoppu/zul)

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *