East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025 akan segera digelar di Samarinda. Mengusung tema pelestarian lingkungan, acara ini akan diikuti seniman dari lima negara dan berbagai daerah Nusantara.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Dalam hitungan hari, pagelaran East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) akan segera digelar di Kalimantan Timur. Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif (Ekraf) Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim, Awang Khalik, menyampaikan bahwa persiapan acara ini telah mencapai 90 persen.
Pagelaran EBIFF 2025 akan berlangsung di dua lokasi, yakni GOR Kadrie Oening dan eks Bandara Temindung, sejak 24 hingga 29 Juli 2025.
“Persiapan sudah mencapai 90 persen, terutama dari segi perizinan. Saat ini kami sedang melengkapi beberapa peralatan yang dibutuhkan,” ujar Awang saat ditemui di Samarinda, Senin (21/7/2025).
Untuk memastikan kesiapan akhir, pihaknya akan menggelar rapat finalisasi bersama Sekda Kaltim, Sri Wahyuni, pada Selasa (22/7/2025). Rapat tersebut juga akan melibatkan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait serta pihak-pihak yang turut mendukung kegiatan ini.
“Dalam rapat itu, seluruh rencana teknis dan eksekusi lapangan akan kami matangkan,” tambahnya.
Tahun ini, EBIFF mengusung pesan penting mengenai pelestarian lingkungan hidup. Menurut Awang, tema acara berkembang dari isu penghijauan. Dispar Kaltim ingin mendorong kesadaran bahwa kekayaan alam Kaltim tak hanya layak dimanfaatkan, tetapi juga wajib dirawat dan dijaga secara berkelanjutan.
Pagelaran ini juga menjadi wadah bagi pelaku seni dan budaya untuk menyuarakan pesan tersebut, terlebih karena kehadiran seniman dari berbagai negara dan provinsi turut memperkuat semangat kolaborasi lintas budaya.
Acara berskala internasional ini akan diikuti oleh seniman dari lima negara: Korea Selatan, Rusia, Rumania, Polandia, dan India. Para tamu mancanegara ini dijadwalkan tiba di Samarinda pada 23 Juli 2025.
Sementara dari dalam negeri, partisipan berasal dari enam provinsi: Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Selain itu, seniman dari sepuluh kabupaten/kota di Kaltim juga akan turut berpartisipasi, baik yang mewakili dinas pariwisata maupun komunitas seni terpilih.
Dalam pelaksanaannya, Dispar Kaltim menegaskan pentingnya prinsip kebersamaan dan kesetaraan. Tidak ada perbedaan status antara peserta lokal dan internasional.
“Folklore pada dasarnya adalah keberagaman kesenian rakyat yang bersatu dalam semangat kolaborasi,” pungkas Awang. (Adv/diskominfokaltim/yed)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id