Penggunaan masker, kata dr. Dian Ariani, seharusnya sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Apalagi di daerah yang tingkat polusi udaranya tinggi.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Kota Bontang yang dikenal sebagai kota industri dan tambang menghadapi tantangan serius terkait kesehatan paru-paru warganya. Dokter spesialis paru satu-satunya di RSUD Taman Husada Bontang, dr. Dian Ariani T., Sp.P, memberikan edukasi penting tentang dampak paparan polusi udara, khususnya di kawasan industrial Kota Bontang.
Dalam keterangannya, dr. Dian menjelaskan bahwa polusi dari aktivitas industri dan tambang memang meningkatkan risiko penyakit saluran pernapasan. Terutama Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pneumonia.
“Kalau dilihat dari ukuran kualitas udara, secara umum Bontang masih dalam tahap normal. Tapi secara visual, kita jarang lihat langit yang benar-benar biru. Ini menandakan adanya partikel-partikel halus di udara yang bisa merusak paru-paru,” ungkapnya.
Menurutnya, partikel-partikel kecil dari polusi udara ini jauh lebih berbahaya. Resiko penyakit pernafasan seperti ISPA dan pneumonia bisa menjadi ancaman serius bagi masyarakat Kota Bontang.
“Kalau partikelnya besar, tubuh biasanya masih bisa menyaringnya. Tapi kalau kecil, itu bisa langsung masuk ke saluran napas hingga paru-paru. Akibatnya, risiko ISPA dan penyakit paru lainnya meningkat,” ujarnya.
Selain polusi industri, kebiasaan merokok, termasuk rokok modern seperti vape juga menjadi beban tambahan bagi kesehatan paru-paru.
“Jadi, udara kotor ditambah kebiasaan merokok, itu kombinasi yang sangat berbahaya. Rokok dan vape sama-sama menghasilkan zat beracun yang akan bercampur dengan partikel polusi,” katanya.
Dalam menghadapi tantangan kesehatan ini, dr. Dian menggarisbawahi pentingnya edukasi dini kepada masyarakat. Ia menegaskan bahwa RSUD Taman Husada Bontang memiliki program khusus melalui Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang rutin memberikan edukasi kepada pasien dan pengunjung rumah sakit.
“Di rumah sakit, setiap ruangan punya pengawasan dari tim PPI. Mereka memastikan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan, termasuk pemakaian masker,” terang dr. Dian.
Ia juga menambahkan, penggunaan masker seharusnya sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Apalagi di daerah yang tingkat polusi udaranya tinggi. Masker bisa menjadi tameng paling dasar melindungi diri sendiri dari bahaya pernapasan dan risiko kematian.
“Kalau di luar negeri, orang ke luar rumah langsung pakai masker. Kita di sini kadang masih abai, padahal kita enggak tahu orang di sebelah kita punya penyakit apa. Misalnya TBC, itu kan menular lewat droplet. Kalau jaraknya kurang dari satu meter, dia bersin atau batuk, kita bisa langsung kena,” tegasnya.
Menurut dr. Dian, peran generasi muda sangat penting dalam menjaga kesehatan paru-paru mereka. Ia pun berharap anak-anak muda di Bontang lebih peduli pada kesehatan paru-paru mereka dengan berhenti merokok, menggunakan masker saat berada di area polusi, dan rutin memeriksakan kesehatan mereka.
“Kalau sudah rusak, paru-paru enggak bisa diperbaiki. Jadi, lebih baik mencegah daripada mengobati,” pungkasnya. (adv/rsudtamanhusadabontang/cha/uci)
Penulis: Siti Rosidah More
Editor: Suci Surya Dewi