Inflasi di Kalimantan pada triwulan II-2022 tercatat sebesar 4,97% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari inflasi triwulan 1-2022 yang sebesar 3,37% (yoy).
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kantor Perwakilan Bank Indonesia se-Kalimantan mencatat inflasi Kalimantan pada triwulan II-2022 sebesar 4,97% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan 1-2022 yang sebesar 3,37% (yoy).
Secara spasial, inflasi tertinggi di Kalimantan terjadi di Kalimantan Tengah sebesar 6,40% (yoy) dan yang terendah di Kalimantan Barat sebesar 4,31% (yoy). Inflasi Kalimantan Timur pada triwulan II 2022 tercatat sebesar 4,38% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan 1 2022 sebesar 2,86% (yoy).
Secara umum, inflasi tersebut utamanya bersumber dari peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok transportasi seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur Ricky P. Gozali mengungkapkan, untuk di Kaltim, komoditas cabai rawit, minyak goreng dan bawang merah merupakan tiga komoditas utama yang mendorong peningkatan inflasi.
“Hampir 90% kebutuhan pangan di Kalimantan Timur di datangkan dari luar daerah seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Jakarta. Untuk itu, perlu di lakukan pemetaan potensi daerah yang dapat menjadi mitra kerjasama antar daerah di Kaltim,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Jumat (29/7/2022). Usai mengikuti Rapat Koordinasi Wilayah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Tahun 2022 di Banjarmasin.
Antisipasi Inflasi, BI Kaltim Dorong Kerja Sama Antar Daerah
Lanjut Ricky, saat ini Kaltim telah memiliki beberapa kesepakatan bersama baik di level G2G dan B2B. Di tingkat G2G, telah ada penandatanganan kesepakatan dengan daerah Sulawesi Tengah,Kalimantan Selatan dan Bali untuk kerja sama perdagangan.
“Di tingkat B2B, Perumda Varia Niaga Samarinda yang merupakan BUMD di Kota Samarinda. Telah melakukan langkah agresif kerja sama perdagangan dengan beberapa mitra bisnis. Untuk mendatangkan komoditas beras, gula, minyak goreng dan daging ayam ras,” ujarnya.
Selain itu, untuk mendukung ketahanan pangan saat ini pemerintah sedang mengembangkan food estate. Berupa pengembangan pangan terintegrasi hulu hilir mencakup pertanian dan peternakan. Untuk menyelesaikan permasalahan keterbatasan pasokan bahan pangan khususnya komoditas daging ayam ras di Kalimantan Timur.
Dari Rakorwil bertema “Meningkatkan Peran Kerja Sama Antar Daerah (KAD) dalam Menjaga Ketahanan Pangan dan Mendukung Pengendalian Inflasi Daerah” tersebut. Telah di petakan beberapa strategi pengendalian inflasi dalam jangka pendek, menengah, panjang yang akan di laksanakan bersama.
Pengendalian Inflasi Akan Dilakukan Melalui Strategi Jangka Pendek, Menengah dan Panjang
Langkah konkrit yang akan di lakukan dalam jangka pendek adalah melakukanoperasi pasar atau pasar murah. Kemudian, pengembangan urban farming atau digital farming, mendorong gerakan konsumsi cabai dan bawang olahan. Serta, mendorong di verisifikasi pangan lokal melalui konsumsi PAJALE (padi, japung, kedelai).
Dalam jangka menengah, beberapa inisiatif yang akan di lakukan adalah pembentukan forum komunikasi distributor pangan strategis. Dengan elakukan manajemen pola tanam dan pengairan serta penguatan fungsi penyangga pasokan melalui peran BUMD.
“Pada jangka panjang, akan di lakukan pemanfaatan lahan tidur dan revitalisasi lahan eks tambang, replikasi tanam bibit untuk bawang dengan biaya yang lebih murah, serta penjajakan kerja sama dengan daerah lainnya,” pungkasnya.
Sebagai informasi, kegiatan rakorwil di buka oleh Sekretaris Daerah Kalimantan Selatan, Roy Rizali Anwar. Diskusi di pimpin oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan, Imam Subarkah.
Rakorwil ini merupakan agenda tahunan yanp di lakukan oleh TPID Regional Kalimantan untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi antar TPID di Kalimantan, seiring dengan perkembanpan inflasi yang perlu mendapatkan perhatian (*/adv/diskominfokaltim)
Penulis/Editor: Devi Nila Sari