Dinkes Kaltim memastikan penguatan layanan kesehatan kelompok rentan menjadi perhatian serius. Mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan anak.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kasus angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih menjadi tantangan di Kalimantan Timur (Kaltim). Meskipun telah terjadi penurunan, di Indonesia kasus tersebut masih berada di angka yang cukup tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim Jaya Mualimin membeberkan, berdasarkan data SKI 2023, angka kematian ibu di Indonesia masih sekitar 189 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian neonatal sekitar 12 per 1.000 kelahiran hidup.
“Meski sudah ada penurunan dibandingkan periode sebelumnya, angka ini masih jauh dari target nasional dan global,” tuturnya di Samarinda, Selasa (9/9/2025).
Sementara itu, pada pertengahan 2025 atau per 30 Juni 2025, Dinkes Kaltim mencatat 31 kasus kematian ibu dan 255 kasus kematian bayi (0-12 bulan), dengan penyebab terbanyak adalah hipertensi, perdarahan, dan komplikasi non obstetrik untuk ibu, serta diare, pneumonia, dan kelainan bawaan untuk bayi.
Jaya menyebut, jika hal ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah. Pasalnya, kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu daerah.
Namun, kata dia, yang lebih penting lagi hal ini bukan hanya sekadar angka statistik, melainkan cerminan kualitas pelayanan kesehatan dasar, kesiapan sistem rujukan, dan kepedulian dalam melindungi kehidupan yang paling rentan.
Apalagi Kaltim dengan wilayah geografis yang luas, tantangan transportasi, serta distribusi tenaga kesehatan yang belum merata. Dengan demikian hal ini harus ditangani dari hulu ke hilir, serta menggandeng sejumlah pihak terkait lainnya.
“Kita terus berupaya untuk menyiapkan langkah-langkah yang dapat menekan kematian ibu dan anak,” tukasnya. (Adv/diskominfokaltim/yed)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari