Transisi dari PAUD menuju SD diperlukan pembelajaran yang menyenangkan. Oleh sebab itu Kemendikbudristek ajak guru Kaltim untuk semakin kreatif.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia mengajak guru di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) untuk meningkatkan pengajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek RI Muhammad Hasbi mengatakan transisi dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD) merupakan hal yang sangat penting. Sehingga pembelajaran yang menyenangkan akan menghindari tekanan pada anak.
“Tujuan dari transisi yang menyenangkan ini adalah untuk memastikan anak-anak mengalami pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan tanpa hambatan di jenjang lebih tinggi,” ujarnya kepada Akurasi.id, belum lama ini.
Hasbi menilai, banyak satuan pendidikan SD di kelas I masih menerapkan konsepsi ini sebagai instrumen untuk menilai kesiapan anak bersekolah di tingkat sekolah dasar.
“Pentingnya untuk menghapus konsepsi atau kesalahpahaman yang berkembang di masyarakat. Dimana baca, tulis, dan hitung (calistung) dianggap sebagai satu-satunya tolok ukur dalam pendidikan anak usia dini,” imbuhnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, dia memaparkan setidaknya ada tiga program utama gerakan transisi yang menyenangkan yang perlu diterapkan di setiap sekolah. Pertama, menghapus tekanan pada calistung dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Kedua, melaksanakan masa pengenalan lingkungan sekolah agar anak-anak dapat akrab dengan lingkungan baru, termasuk para guru dan orang tua.
“Ketiga, mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan, mendorong pemikiran kreatif, dan rasa ingin tahu pada anak-anak,” sebutnya.
Kemudian Hasbi menyoroti evaluasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di tingkat SD relatif tidak ada masalah. Sebagian besar SD dapat menampung lulusan dari jenjang PAUD. Sehingga terjadi perpindahan yang mulus dari PAUD ke SD.
“Namun, terdapat beberapa kendala ketika perpindahan dilakukan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke Sekolah Menengah Atas (SMA) karena persoalan daya tampung yang belum optimal,” katanya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Kemendikbudristek berfokus pada dua hal, yakni memastikan daya tampung setiap jenjang pendidikan tercukupi. Lalu mengubah paradigma orang tua sehingga tidak ada lagi pandangan bahwa ada sekolah favorit atau sebaliknya.
Dirinya menegaskan, semua sekolah harus dianggap sebagai sekolah favorit. Maka upaya perbaikan perlu dilakukan dengan membenahi kepala sekolah dan guru agar mereka menjadi pemimpin pembelajaran di sekolah. Meskipun sarana dan prasarana belum lengkap.
“Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan transisi menyenangkan dari PAUD ke SD dapat memberikan dampak positif bagi anak-anak. Lalu memastikan mereka menikmati proses belajar dan mengembangkan potensi mereka secara optimal untuk masa depan yang lebih cerah,” tutupnya. (adv/disdikbudkaltim/zul/uci)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi