Persyaratan khusus dan uniknya kurikulum yang ada di Sekolah Luar Biasa (SLB) menjadi alasan sulitnya mencari guru untuk SLB. Permasalahan kekurangan guru SLB tengah dihadapi Provinsi Kaltim. Menjawab tantangan itu, Disdikbud Kaltim bekerjasama dengan perguruan tinggi.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kaltim mengalami kekurangan tenaga pengajar karena persyaratan khusus dan kurikulum unik mereka. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam kemampuan guru SLB dibandingkan dengan sekolah lainnya.
Pengawas Pendidikan Khusus Disdikbud Kaltim, Sapi’i mengungkapkan, upaya untuk mengatasi kekurangan tenaga pendidik dengan kerja sama perguruan tinggi yang memiliki jurusan pendidikan khusus, seperti kerja sama dengan UNESA yang menyediakan beasiswa bagi mereka yang tertarik mengikuti program tersebut.
“Sudah beberapa angkatan ini kita kerja sama dengan UNESA untuk mencetak guru-guru SLB di Kaltim, dan yang berminat untuk mengikuti program itu akan ditanggung dengan beasiswa Kaltim,” kata Sapi’I, belum lama ini.
Namun, masih terdapat kendala karena mayoritas tenaga pengajar SLB berasal dari luar Kaltim. Hal ini disebabkan karena belum adanya perguruan tinggi di Kaltim yang menyediakan jurusan untuk guru SLB. Oleh karena itu, dengan adanya beasiswa dari Kaltim diharap dapat meningkatkan partisipasi putra daerah.
Baca Juga
“Dengan adanya beasiswa dari Kaltim ini, kami berharap banyak putra daerah yang ikut. Namun, minat dalam bidang ini sangat diperlukan, mengingat yang dihadapi adalah anak luar biasa,” lanjutnya.
Di samping persyaratan guru, mata pelajaran di SLB juga berbeda dari sekolah reguler karena disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti tunanetra atau tunarungu.
“Program pembelajaran khusus itu disesuaikan dengan jenis anak misalkan tunanetra, tunanetra itu salah satunya adalah orientasi dan mobilitas, kemudian untuk anak tunarungu ada bicara bina persepsi bunyi dan irama, atau bina komunikasi, yang membahas bagaimana bahasa isyarat, mata pelajaran seperti itu hanya ada di SLB,” jelas Sapi’i.
Baca Juga
Sementara di dalam lingkungan SLB, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi sering kali juga menjalankan peran sebagai pengasuh, terutama di tingkatan rendah seperti TK LB.
“Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan setiap siswa dan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka,” pungkasnya. (adv/disdikbudkaltim/zul).
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id