Sekolah Laboratorium Pancasila disebut Ketua PKK PPU Linda Romauli Siregar memiliki keterkaitan dengan stunting. Dimana program tersebut berpotensi untuk membantu menurunkan angka stunting.
Kaltim.akurasi.id, Penajam – Isu stunting di wilayah Kaltim, khususnya Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menjadi perhatian serius yang memerlukan prioritas penanganan dari pemerintah.
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi kronis. Sehingga memiliki dampak yang serius terhadap kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan anak-anak di masa mendatang.
Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten PPU Linda Romauli Siregar menyatakan, bahwa program Sekolah Laboratorium Pancasila (SLP) memiliki potensi untuk membantu menurunkan angka stunting.
Linda menjelaskan bahwa pihaknya berencana untuk mempersiapkan sekolah-sekolah dalam upaya pengentasan stunting. Yakni dengan melibatkan anak-anak sebagai fokus utama dalam program tersebut.
“Nanti juga rencananya, program SLP ini akan kami kaitkan dengan langkah penurunan angka stunting,” jelas Linda sapaan akrabnya kepada media ini, Kamis (15/2/2024).
Namun, Linda menegaskan bahwa untuk mengatasi masalah stunting, langkah pertama yang harus dilakukan yakni memperoleh data akurat. “Tetapi kalau stunting itu kami harus mendapatkan datanya dulu,” tambahnya.
Menurutnya, dengan memiliki data yang valid dan komprehensif, pihaknya akan dapat merancang program intervensi yang tepat sasaran untuk mengurangi angka stunting di Kabupaten PPU.
Meskipun demikian, Linda menekankan bahwa anak-anak akan tetap menjadi fokus utama dalam upaya pengentasan stunting. Dengan melibatkan anak-anak dalam program ini, diharapkan mereka dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam mengubah pola hidup dan pola makan yang sehat. Serta memperkuat keterampilan hidup sehat di lingkungan sekitar mereka.
“Tetap nanti yang terlibat yakni anak-anak karena yang kita didik nanti adalah mereka,” jelasnya.
Sebagai informasi, berdasarkan Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), kasus stunted Kabupaten PPU pada tahun 2021 berada di angka 17,22 persen. Kemudian mengalami penurunan 5,25 persen pada tahun 2022 menjadi 11,97 persen.
Sedangkan, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, pada tahun 2021 kasus stunted di PPU berada di angka 27,3 persen. Kemudian mengalami penurunan pada tahun 2022 sebesar 5,5 persen menjadi 21,8 persen.
Tentu angka tersebut dirasa masih tergolong tinggi dari target nasional penurunan angka stunting sebesar 14 persen yang harus dapat dicapai pada tahun 2024.
Faktor-faktor yang dikatakan menjadi penyebab stunting sebesar 40 persen bersumber dari persoalan sanitasi dan persoalan nutrisi sebesar 30 persen. Sedangkan 20 persen merupakan faktor pola asuh orang tua dan kemudian faktor yang lain dikarenakan faktor keturunan sebesar 10 persen. (adv/diskominfoppu/zul/uci)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi