Rokok Bantu Redakan Stres? Psikiater RSUD Taman Husada Bontang: Mitos!

Suci Surya
2 Min Read
Ilustrasi perokok stres. (ist)

RSUD Taman Husada Bontang melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan terapi berhenti merokok.

Kaltim.akurasi.id, Bontang – Di tengah peliknya masalah hidup, bagi penikmatnya, rokok hadir sebagai peneman sepi dan buntunya hari. Sebagian masyarakat yang masih meyakini bahwa kecemasan dan depresi bisa diredakan hanya dalam lintingan tembakau dan sebotol alkohol.

Tak jarang, kebiasaan ini menjadi bentuk pelarian sesorang dari sebuah masalah. Rokok dan alkohol adalah pelipur lara terbaik dari depresi adalah satu fakta yang disanggah oleh Psikiater RSUD Taman Husada Bontang, dr. Dewi Maharni, M.Sc., Sp.KJ.

“Mitos! Rokok dan alkohol mungkin saja bisa memberi efek tenang sementara. Tapi dalam jangka panjang efeknya malah lebih berbahaya,” ungkapnya.

Menurutnya, rokok dan alkohol bukanlah solusi dari stres dan depresi. Justru konsumsi alkohol akan menimbulkan dampak psikologis yang lebih berbahaya dalam jangka panjang.

Ia menekankan bahwa nikotin dalam rokok dan alkohol memang bekerja pada sistem saraf pusat. Sehingga akan menimbulkan perasaan tenang dan rileks. Kata dia, perlu digarisbawahi bahwa perasaan ini hanya bersifat sementara, dan bukan menyelesaikan akar masalah dari stres yang dihadapi.

“Mereka mungkin bisa tenang satu sampai dua jam ke depan. Tapi efek jangka panjang akan dirasakan seumur hidup karena tubuh mulai ketergantungan,” tambahnya.

Keadaan akan semakin berbahaya karena penggunaan zat seperti nikotin dan alkohol dapat menyebabkan gangguan adiksi atau rasa ketergantungan. Nantinya seseorang tidak lagi mampu mengelola emosi secara sehat dan selalu membutuhkan zat tersebut sebagai alat pengalih rasa cemas.

Dokter Dewi menyarankan masyarakat yang mengamini bahwa alkohol dan rokok adalah jalan pintas untuk mulai mengenali cara mengelola stres yang lebih sehat. Misalnya alihkan dengan galih potensi diri dalam olahraga, hobi yang baik, atau habiskan waktu dengan orang-orang yang disayangi. Kalau memang perlu, temui psikolog atau psikiater sebagai tim pendamping.

“Kalau dirasa masalah yang dihadapi berat dan pengalihannya sulit, bisa temui psikiater atau psikolog. Di RSUD Taman Husada, akan kami layani dengan sepenuh hati. Layanan juga sudah tercover dengan BPJS jadi tidak perlu risau jika terkendala biaya,” pungkasnya. (adv/rsudtamanhusadabontang/cha/uci)

Penulis: Siti Rosidah More
Editor: Suci Surya Dewi

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *