Sempat Meningkat Awal 2024, DBD di PPU Kian Menurun

Suci Surya
5 Views
Entomolog Dinkes PPU, Harjito Pocco Waluyo. (Muhammad Zulkifli/Akurasi.id)

Jumlah kasus DBD di PPU berangsur turun setiap bulannya. Dari 139 kasus pada Januari lalu, perlahan-lahan masyarakat yang terjangkit DBD sampai April lalu menurun hingga 16 kasus.

Kaltim.akurasi.id, Penajam – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sempat meningkat di awal tahun 2024, yakni dengan jumlah 139 kasus. Namun beberapa bulan kemudiam berangsur turun hingga Mei 2024 lantaran belum adanya laporan masyarakat yang terkena penyakit tersebut.

Entomolog dari Dinkes PPU, Harjito Pocco Waluyo mengatakan, kasus DBD di Kabupaten PPU ini mencapai puncaknya pada Januari dengan 139 kasus. Namun, angka tersebut terus menurun secara signifikan setiap bulannya. Dimana pada Februari, kasus turun menjadi 76 kemudian menjadi 57 di bulan selanjutnya.

“Jumlah kasus menurun drastis menjadi hanya 16 kasus pada bulan April dan hingga tanggal 21 Mei 2024 lalu, belum ada laporan yang masuk terkait adanya yang terkena penyakit ini,” terang Harjito Pocco saat ditemui wartawan Akurasi.id, di ruang kerjanya.

Harjito menjelaskan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah daerah bersama dengan tim kesehatan telah memberikan hasil yang positif. “Terutama di Babulu Darat RT 27, yang menjadi pusat perhatian. Karena tingginya angka kasus DBD di sana,” ujarnya.

Menurutnya, menurunnya angka kasus DBD di Babulu Darat merupakan hasil upaya koordinasi pemerintah daerah dan tim dari provinsi. Tak lupa peran serta lintas sektor di desa yang bekerja sama dalam melakukan standar kegiatan pencegahan.

“Salah satu langkah penting dalam menangani kasus DBD ialah memastikan lingkungan bebas dari jentik nyamuk Aedes Aegypti, yang menjadi vektor utama penyakit ini,” katanya.

Dia menuturkan, hasil survei menunjukkan angka keberadaan jentik nyamuk di bawah 95 persen yang merupakan standar ideal. Oleh karena itu, tindakan langsung dilakukan dengan penyemprotan fogging, abatisasi, dan larvasiding di seluruh wilayah terdampak.

“Ketika kasus meningkat kita lakukan survey jentik memang kita dapatkan angka bebas jentiknya itu rendah di bawah 95 persen. Idealnya dalam satu kawasan misalnya satu RT itu angka bebas jentiknya hanya di atas 95 persen,” pungkasnya. (adv/diskominfoppu/zul/uci)

 

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *