Berdasarkan data Dinkes Kaltim per Desember 2023, lima kabupaten/kota yang mengalami peningkatan prevalensi stunting mencakup Kabupaten Kutai Kartanegara dengan presentase 19,15 persen, Kota Samarinda sebesar 18,58 persen, dan Kabupaten Berau dengan 19,67 persen. Angka yang lebih tinggi tercatat di Kota Bontang dengan 23,41 persen dan Kabupaten Kutai Timur sebesar 21,78 persen. Menurut Dinkes Kaltim, kenaikan angka stunting di Kalimantan Timur disebabkan oleh beberapa faktor.
“Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada ibu hamil, pola asuh yang belum optimal, serta keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan di daerah terpencil,” ungkap Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kaltim, Fit Nawati, dalam jumpa pers di Samarinda, Jumat (18/10/2024).
Upaya Dinkes Kaltim dalam Menangani Stunting
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr. Jaya Mualimin, melalui Fit Nawati, menyatakan bahwa penanganan stunting menjadi prioritas utama. “Kami telah melakukan banyak upaya. Salah satunya adalah berkolaborasi dengan lintas sektor terkait untuk melakukan monitoring dan evaluasi langsung di lapangan,” jelas Fit Nawati.
Ia menambahkan bahwa tim terpadu telah diterjunkan, termasuk tim dari PUPR yang menangani masalah air bersih, salah satu faktor penyebab stunting di Kaltim. Dinkes juga bekerjasama dengan berbagai instansi dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pencegahan stunting. Penyuluhan tentang gizi seimbang bagi ibu hamil dan anak-anak akan terus digencarkan, terutama di daerah-daerah yang mengalami kenaikan angka stunting.
“Kolaborasi dengan instansi pemerintah, seperti dinas ketahanan pangan dan dinas peternakan, sangat penting. Kami bekerja sama untuk menyamakan persepsi dan membagi tugas pokok serta fungsi (tupoksi) agar upaya penurunan angka stunting di Kalimantan Timur bisa berjalan lebih cepat,” tambah Fit Nawati.
Tantangan Geografis dan Komitmen Dinkes Kaltim
Salah satu tantangan utama dalam upaya penurunan stunting di Kaltim adalah letak geografis beberapa kabupaten yang sulit dijangkau. Kondisi ini membuat distribusi bantuan dan intervensi gizi belum berjalan maksimal di beberapa daerah. Namun, Dinkes Kaltim menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan jangkauan program ke daerah-daerah terpencil tersebut.
“Dengan adanya kerjasama lintas sektor yang kuat, kami yakin angka stunting di Kalimantan Timur bisa ditekan,” imbuh Fit Nawati.
Melalui berbagai langkah ini, Dinkes Kaltim berharap bahwa angka stunting di provinsi ini dapat segera menurun, sehingga anak-anak di Kalimantan Timur bisa tumbuh sehat dan optimal. Upaya ini sejalan dengan visi provinsi untuk menciptakan generasi penerus yang berkualitas dan bebas dari ancaman stunting. (Adv/diskominfokaltim/dh)
Penulis: Dhion
Editor: Redaksi Akurasi.id