Dinkes Kaltim fokus menekan stunting melalui intervensi holistik sejak 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari pemenuhan gizi ibu hamil hingga perawatan balita.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Stunting bukan satu-satunya masalah gizi yang dihadapi Kalimantan Timur (Kaltim). Selain kekurangan gizi kronis, kini juga marak kasus kelebihan berat badan pada anak, serta kekurangan zat gizi mikro yang perlu mendapatkan perhatian serius.
“Tiga masalah ini masuk kategori kurang gizi. Stunting adalah salah satunya, sedangkan kekurangan zat gizi mikro juga berkontribusi pada risiko stunting,” ujar Nutrisionis Ahli Madya Dinkes Kaltim, Sarah Heni, di Samarinda, Rabu (6/8/2025).
Meski demikian, Sarah menegaskan stunting masih menjadi fokus utama penanganan. Dinkes Kaltim optimistis prevalensi stunting dapat terus ditekan melalui upaya terpadu.
Penanganan dilakukan lewat intervensi spesifik dan sensitif, melibatkan lintas sektor seperti BKKBN, Dinas Pangan, serta Dinas PUPR untuk penyediaan air bersih dan sanitasi. Semua itu menjadi bagian dari intervensi holistik, yang difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan — mulai dari janin dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.
Menurutnya, ibu hamil dengan masalah gizi, seperti anemia atau kekurangan energi kronis (lingkar lengan atas < 23,5 cm), berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (< 2.500 gram) dan panjang badan kurang dari 48 cm.
Jika sejak awal bayi tidak mendapatkan asupan gizi cukup, akses air minum layak, serta lingkungan bersih, risiko stunting semakin besar.
Sarah pun berpesan agar para ibu mempersiapkan kondisi tubuh sejak sebelum hamil dan memastikan bayi mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama.
Dinkes Kaltim juga melakukan berbagai langkah pencegahan, antara lain:
- Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita.
- Pemeriksaan kehamilan rutin (K1–K6).
- Suplementasi zat besi dan vitamin lengkap bagi ibu hamil.
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk memberikan kolostrum sebagai gizi awal bayi sekaligus memperkuat ikatan ibu dan anak.
“Penanganan stunting harus dimulai sejak dini dan dilakukan secara konsisten. Ini bukan hanya tugas Dinkes, tapi tanggung jawab bersama,” tegasnya. (Adv/Diskominfokaltim/Yed)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id