Bontang dorong edukasi perlindungan anak lewat program Puskesmas Go To School, fokus pada kekerasan seksual, bullying, dan kesehatan mental
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Pemerintah Kota Bontang mendorong edukasi perlindungan anak melalui program Puskesmas Go To School. Program ini menjadi bagian dari strategi Mental Health Program yang diluncurkan pada awal 2025, sebagai langkah preventif menghadapi maraknya kasus kekerasan terhadap anak dan remaja.
Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menyampaikan bahwa meskipun pendidikan seksual belum dapat dimasukkan secara formal dalam kurikulum tanpa persetujuan pemerintah pusat, pihaknya telah menyiapkan pendekatan alternatif melalui edukasi langsung di sekolah-sekolah.
“Ranah privasi penting untuk mereka ketahui. Tidak ada yang boleh menyentuh tubuh mereka kecuali diri mereka sendiri. Anak-anak harus paham bahwa itu adalah sesuatu yang harus dijaga,” ujar Neni saat diwawancarai, Kamis (5/6/2025).
Program Puskesmas Go To School, kata Neni, tidak hanya fokus pada isu perundungan atau bullying, tetapi juga mencakup edukasi mengenai kekerasan seksual. Tujuannya adalah memberikan pemahaman dasar kepada anak-anak agar mereka mengenali potensi ancaman sejak dini, serta mengetahui cara melindungi diri dan ke mana harus melapor.
“Masih banyak anak-anak yang tidak tahu bahwa mereka menjadi korban pelecehan atau perundungan. Mereka bingung dan tidak tahu harus berbuat apa,” jelasnya.
Sejak diluncurkan pada Januari 2025, program ini telah aktif menyasar sejumlah sekolah dasar dan menengah di Bontang. Dalam kegiatan ini, tenaga kesehatan dari puskesmas memberikan edukasi langsung melalui sesi interaktif dan konseling ringan.
Selain itu, Pemkot juga mendorong keterlibatan aktif guru dan orang tua dalam proses perlindungan anak. Edukasi nonformal di luar jam sekolah dinilai penting untuk memperluas pemahaman dan membangun sistem pendampingan yang lebih kuat.
“Pengaruh lingkungan dan media sosial sekarang sangat besar. Konten-konten penyimpangan banyak yang justru dianggap biasa. Ini tantangan besar bagi kita semua,” ujar Neni.
Ia menegaskan pentingnya membangun kesadaran bersama bahwa edukasi perlindungan anak bukan hanya tugas sekolah, tetapi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat.
“Kita harus menjelaskan kepada anak-anak mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan begitu mereka bisa mengantisipasi dan membentengi diri,” tutupnya. (*)
Penulis: Dwi Kurniawan Nugroho
Editor: Redaksi Akurasi.id